Jumat, 10 Juli 2009

3 in 1

“Mobil kamu mana Ric?” Tanya Doni singkat.

“Tuh dipojok” Jawab Rico yang lagi asik merangkul Tanjung.
“Emangnya kamu nggak bawa motor Don?” Tanjung bertanya pada Doni yang hanya dijawab dengan gelengan kepala.
“Kalo gitu kita jalan bareng aja, Yuk!” Ajak Rico pada rekan se-geng nya.

Mereka bertiga jalan bareng sepulang kuliah yang membosankan itu saling berangkulan menuju mobil Rico yang ada di pojok tempat parkir. Posisi Tanjung ada ditengah sedangkan yang lainnya ada samping kanan-kiri Tanjung. Mereka berjalan layaknya anak kelas 3 SD.

Seperti biasanya, mereka selalu bergurau dan saling meledek. Hal itulah yang menjadikan mereka jadi bahan perhatian cewek-cewek dikampusnya. Selain model guru mereka yang akrab juga face mereka yang sangat ganteng dan manis itu yang membuat cewek-cewek mabuk kepayang. Bayangkan saja, Tanjung adalah cowok manis, matanya tajam, hidung lumayan mancung, apalagi senyumnya yang menggemaskan itu. Rico, cowok manis berambut cepak, kalo lagi senyum gantengnya selangit. Belum lagi Doni, cowok macho, meski modelnya acak-acakan tapi memiliki daya tarik yang tinggi, karena facenya yang indo, rambut gondrong tubuh tinggi dan gagah. Mereka sungguh sempurna.

“Eh! Ric, malam ini kan malam minggu, gimana kalo kita ke villa lo aja, mumpung malam ini gua lagi bosan jalan ama cewek, gimana?” Tanya Doni dengan nada slengean.
“Gimana ya, pacar gua gimana?” Jawab Rico lagi bingung.
“Emangnya kamu ada janji Ric?” Tanjung bertanya.
“Iya, tapi gua juga pingin ke sana?”
“Ya udah deh, batal” Sahut Doni kesal.
“Jangan gitu Don!, bisa diatur kok, gini aja Rico jalan sama cewek dulu, Aku dan Doni nuggu kamu dulu di tempat biasa, kalo udah beres kita pergi bersama ke sana gimana? ” Urai Tanjung dengan gaya bijaknya.
“Oke gua setuju” Sahut Rico.
“Iya deh” Doni menerima tawaran Tanjung.

Mereka bertiga menuju tempat biasa, sebuah cafe yang biasa mereka tongkrongin. Doni dan Tanjung masuk Cafe itu dengan kurang semangat. Sementara Rico menjemput pacarnya untuk sekedar memenuhi janjinya.

*****

“Kamu kok gitu sih Don, nggak suka kalo temennya jalan sama cewek?” Tanjung membuka pembicaraan.
“Nggak gitu sih, cuma..udahlah kita minum aja!”
“Eh, Jung gebetan kamu yang cantik itu lagi kemana? Kok nggak keliatan sih”
“Tahu tuh mungkin lagi libur”

Tanjung dan Doni menghabiskan waktu dengan ngobrol kesana-kemari tanpa arah. Sudah 45 menit mereka harus sabar mengunggu sahabatnya yang lagi kencan sama ceweknya. Doni dengan raut muka yang semakin kesal mulai mengalihkan kegiatan dengan menggoda cewek-cewek yang datang dengan senyumnya yang maut itu. Tanjung hanya tersenyum melihat ulah Doni yang tidak mau berubah dari dulu. Maklum tampang seperti Doni memang paling didemenin sama cewek, makanya sangat mudah baginya mencari pasangan sekerdar untuk mengisi waktu.

“Don, ayo kita berangkat!” Panggil Rico yang baru datang.
“Oke friend” Jawab Doni sambil meninggalkan cewek yang baru saja ia ajak dance.
“Udah Ric?” Tanya Tanjung sambil memberikan sejumlah uang pada pelaayan cafe.
“Ayo cepet! ntar kemaleman nih?” Sahut Doni.

Doni, Tanjung dan Rico masuk mabil menuju sebuah vila milik Rico. Karena Doni yang lagi ngebet ke sana, maka ia yang nyetir mobinya. Selama perjalanan mereka terus bergurau tanpa henti.

“Don, emangnya kita mau apa sih kesana?, paling-paling seperti biasa bakar ayam, nonton film horor dan begadang sampai pagi”, Tanya Rico
“Tenang aja man, malam ini special untuk kalian.”
“Apaan sih? Rico penasaran.
“Tahu” Tanjung menjawab sembari menggeleng dengan senyumnya yang khas.
“Udahlah nanti tahu sendiri kok” Ujar Doni.

*****

Sesampai di Vila, Doni langsung menggiring kedua rekannya menuju kamar yang biasa mereka tempati bertiga. Doni langsung memutar sebuah CD yang dia dapat dari rental.
“Film horor ya Don?” Tanya Rico.
“Lihat aja!” Sahut Doni.

Selang beberapa menit Rico dan Tanjung mulai mengerti film apa yang Doni suguhkan. Ya ternya sebuah film gay yang menampilkan adegan-adegan seks sesama lelaki yang dibintangi oleh remaja-remaja eropa yang ganteng dan keren, mulai dari saling cium, meraba, oral dan anal. Doni agak gugup menikmati film itu, sementara Tanjung juga agak tersipu. Tapi mereka berdua merasa keberatan jika harus menyiakan suguhan Doni yang konyol itu. Entah Rico dan Tanjung terangsang atau tidak, tapi yang jelas mereka mulai memegang batangnya masing-masing sambil sesekali mengelusnya dengan manja.

“Ih.. kamu gila ya Don?, kok bawa film seperti ini.” Tanya Rico.
“Tapi asyik kan!?”
“Iya sih, cuma jorok aja.”
“Ric! Rasanya enak nggak ya seperti itu?” Tanya Doni memancing.

Doni sengaja duduk agak di balakang sehingga bisa bebas memperatikan kudua sahabatnya yang kelimpungan menikmati adegan seks sejenis yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Ia sibuk sendiri di belakang. Selain mengamati rekannya, ia mulai melepas kaos oblong dan celana Jaens nya, sehingga ia hanya mengenakan CD biru tua. Kini tampaklah seorang Doni yang asli yaitu tubuh Doni yang putih mulus, gagah, dada bidang, paha putih yang dihiasi bulu hitam yang halus, serta pantat temol dengan kemaluan yang hanya dibungkus CD ketat.

“Ngapain kamu Don?” Tanya tanjung heran ketika Doni yang telanjang merangkulnya dari belakang sambil menciumi tengkuk dan menggerayangi Tanjung.

Tanjung hanya diam menikmati juluran lidah Doni yang menggelitik tengkuk dan lehernya serta remasan-remasan tangan Doni pada puting susunya. Ia hanya mengerang keenakan.Sementara Rico hanya bisa menelan ludah dan meremas-remas kontolnya yang sudah tegang dari tadi memperhatikan adegan yang diperankan Doni terhadap Tanjung.

Rupanya Rico semakin tidak tahan dengan adegan rekannya itu. Kini Rico tidak bisa berfikir jernih lagi, ia mulai melucuti pakaiannya. Wow.. tubuh Rico yang tidak kalah dengan Doni terlihat jelas. Dadanya bidang, kulitnya putih bersih tanpa noda sedikitpun, pahanya yang menggairahkan itu juga terlihat jelas. Tapi benda tegang di belahan pahanya masih terbungkus CD putih polos. Lalu ia ikut bergumul dengan temannya. Rico yang tadi hanya diam sekarang mulai meraba-raba pungging Doni dari belakang. Lalu ia menyibakkan rambut Doni yang gondrong sehingga terihat jelas tengkungya. Akhirnya Rico berani mengerjai tengkuk dan leher Doni yang putih sampai merah merona.

“Shhtt.. terus Don.. enak Doon!” Tanjung mengerang.
“Oke!” Jawab Doni singkat.
Tanjung semakin tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa yang diberikan temannya. Hingga tanpa sadar, kini ia hanya mengenakan CD saja.

Doni menidurkan Tanjung di Sofa. Lalu ia menindihnya. Mereka mulai melakukan kuluman bibir. Sementara Rico hanya asyik menikmati tubuh Doni dari belakang. Puas dengan kuluman bibir, Doni turun dan mulai menjilati tubuh Tanjung bagian dada dan perut dan mengoral penis Tanjung sampai kuluar semua spermanya. Rico menggantikan posisi Doni yaitu menikmati bibir Tanjung. Lama sekali mreka dengan posisi seperti itu.

Setelah puas dengan tubuh Tanjung, kini Rico yang jadi obyek. Rico tidur terlentang dengan tangan diangkat ke atas sambil menikmati jilatan Tanjung dan Doni yang nikmat itu.
“Itu Don ” Ucap Rico menunjukkan batangnya yang ingin dikulum.

Tanpa perintah Tanjung mendahului Doni. Tanjung memelorotkan CD Rico dan mulai membelai, mengocok penisl Rico yang lumayan besar dengan bulu hitam yang halus tidak terlalu tebal disekitarnya. Mula-mula Tanjung menjilati ujung penisnya, setelah Rico kelonjotan dimasukkannya batang penis Rico pada mulut Tanjung. Tanjung mulai asyik dengan batang temannya yang putih itu. Ia kocok perlahan sesekali disedot dengan keras. Cput..cput.. begitulah kiranya bunyi ketika sedotan Tanjung terlepas. Rico yang hampir mencapai klimaks hanya bisa mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi untuk mengimbangi kenikmatan itu. Doni yang lagi asyik memerahkan paha Rico menggantikan peran Tanjung, dikulumnya penis Rico sambil dipadu dengan sedotan-sedotan maut sampai akhirnya muncratlah beberapa kali sperma Rico ke mulut Doni.
“Ach.. nikmat man..” Rico mengerang, Tanjung hanya tersenyum.

Doni duduk di sofa agak menepi dengan kaki selojor sehingga penisnya yang tidak lagi terbungkus CD tegak bak tiang bendera. Ia memerintahkan temannya untuk mengulumnya. Tanjung dan Rico yang baru saja diberi kenikmatan oleh Doni hanya nurut saja. Mereka berdua bergantian mengulum penis Doni yang besar, paling besar diantara milik mereka berdua panjangnya sekitar 25 cm dengan diameter 3,5 cm, maklum penis indo. Tanjung dan Rico kadang sampai tersedak dengan penisnya. Ketika Tanjung mengulum penis Doni, Rico menjilati pahanya begitu pula sebaliknya. Sampai beberapa kali mereka bergantian, Doni masih saja ayik menikmati kuluman bibir rekannyan, saking capeknya Rico tidak mau lagi mengocok dengan mulutnya tapi dengan tangannya san sesekali disedot dengan agak keras belum lama perlakuan seperti itu.

“Ahh..nikmat..” Tiba-tiba sperma Doni muncrat ke muka Rico.
Dengan senang hati Tanjung menjilatinya. Sementara Doni terkulai lemas menikmati sisa kenikmatan yang baru saja ia rasakan.
“Pindah ke ranjang aja yuk” Ajak Rico.

Tanjung dan Doni hanya menganggukkan kepala. Mereka bertiga menuju ranjang besar yang biasa mereka termpati untuk sekedar tidur dan bergurau. Rupanya Rico dan Tanjung tersipu malu atas aktivitas mereka saat itu. Lain halnya dengan Doni yang nampak biasa seaka tidak ada apa-apa.

Melihat kedua rekannya yang tidak marah bahkan menikmati seks sejenis, Doni berulah lagi yaitu dengan menyuruh Rico menungging. Doni berlutut dibelakangnya sambil mengocok penisnya yang masih lemas. Setelah tegak kembali ia lumuri penisnya dengan baby oil yang ia siapkan. Rico hanya terdiam, menunggu apa yang akan dilakukan Doni. Astaga.. Doni memasukkan penis besarnya ke anus Rico yang masih virgin itu.

“Oh.. Sakit Don!” Jerit Rico merasakan batang Doni menusuk anusnya.
“Tenang aja man sebentar lagi enak kok ” Jawab Doni menenangkan Rico.

Selang beberapa saat sekitar lima kali hentakan Rico tidak lagi menjerit, malah erangan yang keluar dari mulutnya.
“Terus Don.. enak Don.. lebih keras lagi Don..!” Pinta Rico yang mulai ketagihan dengan penis besar Doni.
“Jung ole mau nyoba?” Doni menawari Tanjung.
Tanjung agak grogi ketika mulai memasukkan penisnya ke anus Rico. Hanya sekali hentakan penis Tanjung ambles ke dalam anus Rico.

“Kocok terus Jung!” Doni mengajari Tanjung
.
Tanjung rupanya sangat menikmati adegan anal itu, a mulai menggigit bibir bawahnya menahat nikmat tiada tara. Sementara Doni ganti mereplay anus Tanjung dengan jilatan-jilatan. Puas dengan menjilati pantat Tanjung yang gempal. Ia memasukkan penisnya ke anus Tanjung. Tanjung kaget dengan perlakuan Doni. Sampai terlepas penisnya dari anus Rico. Melihat Tanjung yang bingung Doni melakukannya dengan hati-hati. Setelah berjalan beberapa menit Tanjung bisa menikmati kentotan Doni atas anusnya, sehingga Tanjung juga memasukkan lagi penisnya ke anus Doni yang beberapa saat menunggu kentotan Tanjung.

Mereka bertiga sangat menikmati perminan ini. Rico menikmati gesekan penis Tanjung yang perlahan tapi nikmat, Tanjung menikmati anus Rico yang kenyal, hangat dan menjepit, dan juga menikmati penis Doni yang besar menyodok-nydok anusnya, begitu pula Doni menikmati anus Tanjung yang virgin itu.

“Gila bener man, enak man..” Doni menceracau.

Setelah lama mengentot Rico, rupanya Tanjung sudah klimaks. Rico langsung berganti posisi, ia pindah ke belakang Doni. Awalnya ia menjilati pantat Doni yang seksi kemudian ia juga mengocok penisnya di dalam anus Doni yang merah itu.

Begitulah seterusnya. Mereka saling mengentot dan dikentot sampai lima kali putaran.Inilah yang disebut ‘3 in 1′. Tiga cowok yang ganteng-ganteng dan keren-keren bergabung jadi satu dihubungkan dengan sebuah benda yang disebut ‘penis’.

Diperkosa Teman Baik

Saya dulu punya seorang teman baik, namanya Toni. Kami sudah berteman sejak SMP. Sepintas, hubungan kami terlihat seperti hubungan kakak-adik. Persahabatan indah di antara kami harus berakhir ketika Toni melakukan sebuah kesalahan yang tak terlupakan. Hal itu terjadi ketika kami baru saja tamat SMU. Kegembiraan kami diluapkan dengan acara kemping pribadi, hanya ada Toni dan saya. Semula, semua berjalan dengan baik dan menyenangkan; saya amat menikmati perjalanan kempingku bersamanya. Tapi tiba-tiba Toni berubah menjadi seseorang yang sama sekali tak kukenali.

Semua bermula pada malam kedua acara kemping kami. Api unggun yang kami pasang masih berkobar-kobar, mengusir hewan malam yang mungkin dapat mengancam keselamatan kami. Berhubung malam itu agak mendung dan dingin, kami memutuskan untuk berdiam diri di dalam kemah, sambil menunggu waktu untuk tidur.

Kami telah berada di dalam kantung tidur kami masing-masing. Dan untuk melewatkan malam, kami berbincang-bincang tentang banyak hal. Seharusnya saya sudah curiga sejak semula, namun tak pernah terbayang sebelumnya kalau sahabat baikku itu akan tega melakukan hal terkutuk itu..

"Kamu masih belum naksir cewek?" tanya Toni tiba-tiba.
"Belum, tuh. Gak ada yang gue suka, sih," jawabku sambil lalu.
"Jangan-jangan loe homo," katanya smabil tertawa lepas.
"Sialan loe," jawabku, tertawa juga.
"Bukan lagi. Saya 100% straight. Gua cuma belum siap aja. Miara pacar sama mahalnya seperti miara istri."
"Gue juga belum siap punya pacar cewek," jawabnya.
"Siapa yang nanya," tawaku.

Tiba-tiba, Toni bangun dan dudduk sambil memandangiku lekat-lekat. Padangannya terasa aneh dan sangat tajam, saya sampai merasa salah tingkah.

"Loe pernah liat film porno homo?" tanyanya tiba-tiba.

Pertanyaannya sangat aneh dan tak nyambung dengan topik pacaran yangs edang kami bahas. Tapi kujawab juga.

"Belum. Emang kenapa? Loe udah pernah liat?" tanyaku.
"Udah," jawabnya tanpa malu.
"Gile banget," sahutku, terduduk di kantung tidurku.
"Trus gimana? Maksud gue, loe bisa terangsang liat cowok homoan?" tanyaku terkejut.
"Bisa. Loe mesti liat filmnya," katanya bangga.
"Cowoknya ganteng sekali, badannya juga oke, Dan pas dingentotin, erangan cowok terdengar lebih merangsang. Gue sampe ngecret lima kali pas liat tuh film."
"Gawat loe, bisa jadi homo beneran loe," saya merespon.
"Dan gue jadi pengen nyobain. Keliatannya enak sekali," jawabnya tiba-tiba.
"Lobang pantat cowok lebih ketat dan lebih sip dibanding memek. Para cowok homo itu nampak amat menikmati hubungan homoseks mereka," lanjutnya.
"Ah, loe mulai ngaco. Udah, ah, Gue ngantuk. Pengen bobok nih," alasanku, membaringkan badanku.

Saya bingung sekali kenapa tiba-tiba Toni mengatakan hal-hal yang tak amsuk akal. Padahal sebelumnya dia tak pernah begitu. Kubaringkan badanku menghadap arah yang berlawanan; saya merasa malas memandang mukanya. Untuk beberapa saat, Toni terdiam. Kukira dia akhirnya memutuskan untuk tidur, tapi saya salah!

Saya tak tahu berapa lama waktu telah berlalu, tapi tiba-tiba saya merasa seseorang memelukku erat-erat dari belakang. Dengan panik, saya mencoba untuk melepaskan diri tapi tiba-tiba orang itu menempelkan sehelai saputangan basah di hidungku. Dia sedang mencoba untuk membiusku! Namun sulit sekali untuk tidak menghirupnya, apalagi dalam keadaan panik. Dan begitu saya menghirupnya, kontan tubuhku terasa sangat ringan dan tak berdaya. Setelah yakin bahwa saya lemas, orang itu pun membalikkan badanku agar saya menghadap wajahnya. Astaga, dia Toni! Mataku berkaca-kaca, saya ingin bertanya, 'Kenapa kau lakukan semua ini padaku, Toni?'. Namun otot mulutku tak dapat kugerakkan, kaku semua. Kudengar Toni berkata.

"Maafin gue. Gue terpaksa melakukannya. Selama ini, gue telah telanjur jatuh cinta ama loe. Gue pengen loe menjadi pacar gue. Gue pengen memiliki loe."

Dan dengan itu, Toni memaksakan sebuah ciuman padaku. Saya berusaha untuk melawannya, tapi apa dayaku. Perasaan mual menguasaiku, ingin rasanya saya muntah. Namun, Toni terus menciumku. Lidahnya memaksa masuk dan bermain-main di dalam mulutku. Kurasakan air liurnya menetes masuk dan berbaur denganku.

"Gue sayang ama loe, gue cinta loe," katanya di sela-sela ciumannya. Tangannya yang kuat meraba-raba wajahku dan turun ke pinggang.

Begitu sampai di sana, tangannya menyelip masuk dan berusaha untuk membuka resleting celana jeanku. Toni ingin menelanjangiku! Rasa panik melanda diriku, saya tahu apa yang dia inginkan. Dia ingin bersetubuh denganku seperti adegan film gay porno yang sering dia tonton. Apa yang dapat kulakukan? Dengan pasrah, saya hanya dapat membiarkan Toni melepas celana jeansku dengan leluasa. Hal yang sama dilakukannya pada celana dalam putihku.

Kontolku yang masih lemas menyembul keluar dan berbaring di sisi pahaku, seakan memohon untuk tidak diusik. Tapi Toni memang seorang binatang. Kontolku langsung digenggam dan dikocok-kocok. Saya harus mengakui bahwa kocokannya terasa nikmat, tapi saya kembali mengingatkan diriku bahwa saya sedang diperkosa. Namun kontol punya pikirannya sendiri. Tanpa bisa dikendalikan, kontolku mulai berdiri. Dan Toni langsung menyedotnya! Saya tak mengira dia akan senekad itu. Hisapannya sungguh enak dan bertenaga, saya sampai kelojotan dibuatnya. Berhubung mulutku kaku, saya hanya dapat mengeluarkan bunyi napas saja.

"Hhoohh.. Hhoosshh.. Hhoohh.. Hhoohh.." Tapi sebagian diriku masih berjuang untuk melawan kenikmatan terlarang itu.

Tiba-tiba Toni melepaskan sedotannya, dan berdiri. Tanpa malu sedikit pun, Toni menelanjangi tubuhnya tepat di hadapanku. Toni memang bertubuh tegap dan berdada bidang, berkat fitness. Dan wajahnya memang tampan. Kontolnya menjulang tinggi di hadapanku, berdenyut-denyut. Nampak kepala kontolnya berkilauan, basah dengan precum. Dia terangsang sekali melihatku terbaring tak berdaya, hampir telanjang. Menuntaskan pekerjaannya, kaosku pun dilepaskan secara paksa. Kini saya telah benar-benar telanjang. Toni berkata lagi.

"Loe bikin gue terangsang banget, liat nih palkon (kepala kontol) gue, basah ama precum. Gue pengen bercinta ama loe."

Kontolnya yang sudah basah dengan precum dipukul-pukulkan ke wajahku, seolah ingin memperkenalkanku dengan kontolnya terlebih dahulu sebelum dia memuali penetrasi. Seakan saya hanya seonggok daging, Toni siap menyodomiku. Berlutut di depan kakiku, diangkatnya kedua kakiku tinggi-tinggi. Anusku yang berkedut-kedut pun terekspos.

Toni memandangnya dengan mata penuh nafsu birahi, lidahnya menjilati bibir atasnya. Kemudian, kakiku diletakkan di atas kedua bahunya yang bidang. Astaga, dia bahkan tak mau repot-repot memakai kondom! Saya takut sekali, tapi tak ada yang dapat menolongku. Mulutku tak dapat kugerakkan, begitu pula dengan anggota tubuhku yang lain. Dan tak ada seorang pun yang berada di sekitar wilayah kemah kami. Sudah takdirku untuk diperkosa oleh sahabat baikku sendiri!

Tanpa ampun, Toni menghujamkan kontol bajanya tepat ke dalam lubang anusku yang masih perjaka.

AAARRGGHH..!!" teriakku dalam hati.

Hilang sudah keperjakaanku. Sungguh sakit sekali rasanya. Lubang anusku yang ketat seakan sobek diterjang kontol sebesar kontol Toni. Toni mengerang saat kontolnya sudah terbenam seluruhnya.

"AARRGGHH..!!" Ditatapnya mataku sambil berkata.

"Lobang loe enak sekali. Akhirnya, loe milik gue. Oohh.. Ngentot.. Aahh.. Gue lagi ngentotin loe.. Aarrghh.."

Hancur hatiku mendengarnya berkata seperti itu. Sungguh tak kusangka Toni bakal setega itu terhadapku. Saat dia menarik kontolnya mundur, saya kembali mengerang dalam hati dan hanya mampu mengeluarkan desahan napas kesakitan.

"Oohh.. Hhohh.." Tiba-tiba, Toni kembali mendorong kontolnya masuk.
"AAARGHH!!"

Tarik lagi, dorong lagi, tarik, dorong, tarik.. Toni mulai menyodomiku dengan ritme tetap. Semakin lama, gerakannya semakin cepat. Gerakan otot pinggulnya beserta kontolnya seperti mesin pemompa, yang terus memompa pantatku tanpa ampun dan tanpa rasa kasihan. Nafsu telah membutakan matanya. Air mataku mengalir dengan deras. Sebagian dikarenakan oleh rasa sakit yang amat teramat sangat, dan sisanya karena rasa sakit hati. Toni telah merenggut sebagian hidupku. Saya tak lagi utuh.

"ARGH! UGH! ARGH!" erang Toni terus menerus seirama dengan sodokan kontolnya.

Saya tak tahu sudah berapa lama dia memperkosaku, tapi dia memang tahan banting. Tiba-tiba kontolnya mendorong sesuatu di dalam tubuhku. Kontan, kontolku yang masih belepotan ludah Toni bangkit dari tidurnya dan berdiri ngaceng bak tiang bendera. Gelombang nikmat menyerang tubuhku seolah-olah saya sedang mengalami orgasme.

"Astaga, apa itu? Kenapa saya terangsang? Tidak mungkin!" pikirku. Namun kembali Toni mengenai bagian organ dalamku itu, dan gelombang kenikmatan kedua mendera diriku. Saya sedang dipaksa untuk menikmati perkosaan homo!

Wajah Toni berseri-seri melihat kontolku tegang. Langsung saja kontolku dipegang-pegang. Kembali dia mulai mencoli kontolku. Dengan tekad penuh, dia ingin membuatku ngecret sebagai tanda bahwa saya miliknya. Walaupun saya mencoba melawan, namun gelombang kenikmatannya semakin bertambah besar. Dan pelan-pelan sodokan kontol Toni memang terasa nikmat sekali. Begitu pula dengan kehangatan tangannya yang sedang membungkus kontolku.

"Astaga, saya tertular kehomoan-nya??" Namun saya tak kuasa menahannya. Benteng pertahananku runtuh. Saya membiarkan kenikmatan itu menjalari dan menguasai tubuhku.

Toni mempererat genggamannya pada kontolku, wajahnya menyeringai kesakitan. Napasnya memburu-buru, dan tiba-tiba..

"AARRGGHH..!!"

CRROTT!! CCROOTT!! CCROOTT!! Toni ngecret!! Pejuhnya ditembakkan sembarangan di dalam anusku, membanjiri bagian dalam perutku. Terasa sekali rasa panas yang membakar perutu. Andai pria bisa hamil, saya pasti sudah hamil sekarang! Namun mendadak saya pun merasa bahwa saya akan segera mencapai klimaks-ku. Pejuhku memaksa naik dan akhirnya tersembur keluar lewat lubang kontolku.

CCROOT!! CROOTT!! CCRROOTT!! Berhubung saya tak dapat bersuara, maka hanya desahan napasku yang terdengar.

"Hhohh!! Hhoohh!! Hhoohh!! Hhoohh!!" Tubuh kami terguncang-guncang, mengejang-ngejang seperti orang kesakitan. Kenikmatan orgasme menguasai kami berdua. Bahkan saya pun tunduk.

"AARRGGHH..!! AARRGGHH!! UUGGHH!!" erang Toni, terus menghentak-hentakkan pinggulnya. Dan akhirnya semuanya berakhir.

Toni mengeluarkan kontolnya dan terasa pejuhnya mengalir keluar dari lubang pantatku yang menganga lebar. Bercak darah dan kotoranku mengotori kontolnya yang mulai mengempis. Dengan sehelai tissue, Toni sibuk membersihkan kemaluannya, sementara saya hanya terbaring di situ, menatap langit-langit kemah kami dengan pandangan kosong. Dapat kurasakan pejuhnya menyebar ke dalam perutku. Tubuhku mulai menyerap benih-benihnya itu.

Keesokkan paginya, tubuhku mulai dapat kugerakkan, meskipun agak terasa sakit dan lemas. Toni masih berusaha untuk merayuku dan ingin kembali berhubungan homoseks denganku, namun kutolak dengan tegas. Entah kenapa, Toni tak lagi menggunakan obat bius yang dicurinya dari lemari obat ayahnya. Ayah Toni memang seorang dokter, jadi mudah bagi Toni untuk mencuri obat bius.

Kami bertengkar hebat. Saya memakinya karena telah tega memperkosaku sedangkan dia membela diri bahwa dia melakukannya atas dasar cinta. Hubungan kami berakhir sampai di situ. Belakangan kudengar bahwa dia pindah ke luar kota sendirian. Mungkin dia malu denganku dan merasa bersalah. Dalam hatiku, saya amat sedih kehilangannya. Saya mungkin telah memaafkannya, tapi kesalahnnya tak dapat kulupakan seumur hidupku.

Di Kamar Ganti Fitness Center

Seru juga ngikutin cerita-cerita di website ini. Terutama belakangan ini banyak banget cerita-cerita tentang gay. Aku yang tadinya ragu-ragu pengen tulis pengalamanku di sini akhirnya mencoba memberanikan diri. Sebetulnya banyak sekali pengalaman seksualku dengan sesama jenis. Tapi nyicil dulu aja kali yee.. Nanti satu per satu aku kirim pengalaman-pengalamanku di website ini.

*****

Sebetulnya belum lama aku menjadi gay. Tepatnya baru sekitar dua tahunan. Dulu aku adalah pria normal biasa. Dengan bentuk tubuh yang cukup ideal (meski tidak atletis) aku mudah sekali bergaul dengan wanita. Apalagi dengan panjang penisku yang kalau lagi maksimal panjangnya bisa saingan sama botol Tekita. Gampang sekali bagiku untuk mengajak tidur teman-teman wanitaku. Sampai suatu ketika ada kejadian yang membuatku berubah haluan.

Awalnya gara-gara chatting. Aku bertemu dengan seorang pria yang mengajakku untuk threesome dengan pacarnya. Aku sih nggak keberatan, toh aku juga cukup sering ikutan sex-party yang prianya lebih dari satu. Pria itu mengundangku ke rumahnya. Entah kenapa aku jadi begitu tolol mau saja mengikuti ajakan pria tersebut. Dan setiba di rumahnya, ternyata aku setengah ditipu. Kenapa aku katakan setengah ditipu, karena ternyata pacar pria tersebut seorang waria. Terus terang waktu itu untuk kabur saja aku tidak berani karena si pria tersebut berbadan besar dan tegap. Dan entah kenapa aku juga akhirnya mau saja ikut bergumul bersama mereka, meskipun saat itu mereka tidak sampai menyodomi aku.

Satu hal yang aku heran, setelah kejadian itu aku merasa ketagihan. Aku betul-betul tak bisa melupakan jilatan, hisapan dan kocokan tangan pria dan pasangannya tersebut. Selama seminggu aku tidak bisa tidur tenang, hingga akhirnya aku memberanikan diri menelpon kembali pria tersebut dan aku katakan bahwa aku ingin mengulangi kembali peristiwa sebelumnya. Tentu saja pria tersebut menyambut gembira. Aku kembali diundang ke rumahnya, dan coba tebak! Aku disambut pria tersebut dan si waria pasangannya plus 3 orang pria temannya yang baru kukenal. Akhirnya pertemuan kedua dengan pria itu menjadi ajang sex-party kami. Dan disitulah pertama kalinya aku disodomi. Aku baru tahu bahwa ternyata ketika disodomi aku bisa mencapai orgasme dan mengeluarkan sperma.

Sejak saat itu aku mulai mengurangi hubunganku dengan wanita dan beralih ke pria, hingga sekarang. Nah, kali ini aku akan cerita salah satu pengalamanku yang cukup menarik yang kualami di fitness center tempat dimana aku biasa melakukan latihan. Hari itu aku berlatih seperti biasa. Ngomong-ngomong aku berlatih hanya sekedar menjaga kebugaran, bukan untuk membentuk otot-otot seperti kebanyakan pria yang berlatih di situ. Aku merasa ada yang memperhatikanku ketika aku sedang asyik bermain sepeda statis. Ya, betul! Pria yang kekar yang sedang mengangkat dumbel di pojok situ sejak tadi memperhatikanku. Aku sekilas melirik, ganteng juga. Mungkin usianya sekitar tiga puluhan. Hampir sepuluh tahun lebih tua dari aku. Tapi tak lama aku melirik, aku pun kembali asyik bersepeda.

Tiba-tiba pria tersebut sudah berada di sepeda statis yang ada di sebelahku. Aku sedikit terkejut. Pria tampan itu tersenyum padaku. Wajahnya rada-rada indo. Kulitnya coklat muda, ototnya mengingatkan aku pada aktor Arnold Schwarzenegger. Aku membalas tersenyum.
"Baru ya?" sapanya setengah bertanya.
"Nggak, udah hampir setahun. Cuma emang baru kali ini latihan jam segini. Biasanya sih sore atau malem." jawabku.
"Wah teratur banget ya, pantes keliatan bugar.." pujinya. Aku tersenyum.
"Ah.. bukannya lo yang lebih bugar, ototnya aja segede pepaya bangkok gitu.. hahaha.." aku menimpali pujiannya dengan bercanda. Dia juga tertawa.

Kami pun jadi asyik mengobrol. Pria tersebut bernama Albert (bukan nama asli), salah seorang DJ di club yang cukup terkenal di Jakarta. Albert hampir setiap hari berlatih, malamnya baru nge-DJ. Dari obrolan kami langsung 'connect'. Setengah mengecilkan volume suara, kami mulai bercerita tentang pengalaman seksual kami. Obrolan itu yang mendorong Albert untuk 'mencicipi' batang pusakaku.
"Di kamar ganti aja yuk.." usul Albert. Aku mengangguk setuju.
Kami pun segera menuju ke kamar ganti. Dari mimiknya kulihat Albert betul-betul sudah mupeng. Di kamar ganti yang kebetulan sedang kosong (maklum baru jam 9-an pagi), kami mengambil tempat di toilet. Albert menutup jamban tersebut dan duduk di atasnya, sementara aku berdiri di hadapannya sehingga daerah pusatku tepat berada di depan wajah Albert.

"Ooohh.. come on.." seru Albert menirukan aktor-aktor blue film.
"Gila lo, kayak di bokep aja hihihi.." cetusku.
Aku pun langsung melorotkan celana trainingku berikut celana dalamnya. Albert langsung tersentak melihat batang penisku yang masih lemas.
"Oohh shit! Lo gak disunat ya man.." komentar Albert sambil mengelus-elus batang penisku.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Kubiarkan jemari Albert mengelus permukaan penis dan bulu-bulu jembut yang kucukur rapi.
"Anjing lo.. lemesnya aja segini gimana konaknya.." seru Albert sambil mengelus-elus batang penisku.
Perlahan-lahan aku mulai merasa enak, dan penisku pun mulai menegang. Albert mengocok dengan halus. Ujung kulit penisku yang menjuntai dijilat dan diemutnya. Aku pun keasyikan. Batang penisku semakin tegang.

Sebelah tangan Albert memeluk pantatku dan sebelah lagi digunakan untuk menggenggam penisku yang kini telah tegang, meski belum maksimal. Albert masih asik memainkan ujung kulit penisku yang belum disunat. Seperti permen karet saja, kadang diemut, digigit pelan dan dijilat. Ahh.. betul-betul nikmat, Albert tau betul dimana titik-titik rangsangku, karena dia juga pria.

Lidah Albert semakin liar menjilati batang penisku. Topi bajaku telah muncul dari balik kulit penisku. Dengan penun nafsu Albert mengulum kepala penisku sambil tangannya mengocok bagian batang. Pantatku mulai bergoyang-goyang seperti orang yang melakukan senggama. Kepala Albert juga mulai maju mundur memberi kenikmatan di penisku. Ahh.. semakin enak saja rasanya. Dengan rakus Albert menjelajahi seluruh penisku mulai dari kepala, batang, buah pelir, sampai selangkanganku dilahapnya dengan rakus. Kulihat penisku sampai basah dan licin.

Kemudian Albert menjepit batang penisku dengan kedua telapak tangannya. Lantas pria gagah itu memilin-milin penisku. Ahh.. gila, enak sekali. Di tengah-tengah kenikmatan itu Albert melengkapinya dengan mengulum bagian depan penisku. Betul-betul mentok rasanya. Pinggangku sampai bergelinjangan menahan rasa nikmat. Kedua tanganku sampai memegangi kepala Albert yang cepak.

Detik berikutnya Albert memasukkan seluruh penisku yang sudah mencapai maksimal itu ke dalam mulutnya yang hangat dan lembab. Sementara kedua tangannya mendekap pantatku erat-erat. Ahh.. nikmat sekali. Di dalam mulut, lidah Albert lincah kesana kemari memberi kenikmatan pada penisku. Kenikmatan demi kenikmatan terus mengaliri tubuhku, hingga pada suatu titik aku betul-betul merasa akan meledak. Penis dan pantatku mulai berdenyut. Hal itu dirasakan oleh Albert.

"Terus Ric.. terus.. keluarin aja di mulut gue.." seru Albert.
Aku pun membantu dengan memaju-mundurkan pantatku. Dan yang ditunggu pun tiba! Crot.. crot.. crot.. entah berapa kali semburan spermaku menyemprot di mulut Albert. Pria itu betul-betul menikmati. Dikulumnya spermaku, lantas ditelan. Sementara tubuhku agak melemas setelah melepas kenikmatan. Usai menelan spermaku, Albert berdiri dan memeluk tubuhku. Pria itu mencium bibirku dengan penuh nafsu.
"Thank's man.. mantap banget punya lo.." bisiknya di tengah-tengah ciuman.
"Yo'i.. tapi gue belum ngerasain punya lo nih.." balasku setengah meminta. Albert tersenyum penuh arti.
"Hmm.. gue juga pengen sih ngerasain all-in sama lo, kalo gitu cabut ke rumah gue yuk." ajak Albert.
"Aduh gue gak bisa sekarang, ntar ada kuliah sampe sore.." jawabku.
"Ya udah sore aja, ntar gue jemput di kampus lo deh, dimana sih?" tanya Albert.
"IBII." jawabku menyebut salah satu kampus yang cukup ngetop di daerah Sunter.
Kami pun setuju. Selesai berlatih kami pun berpisah.

Sorenya sepulang dari kuliah tanpa kusangka Albert sudah menungguku di pelataran parkir. Pria tampan itu bersandar di Honda City-nya sambil melambai ke arahku. Aku pun langsung menghampiri, dan masuk ke dalam mobilnya. Honda City tersebut langsung melesat ke arah apartemen Albert di daerah segitiga emas. Sampai di sana Albert mengajakku minum-minum untuk menghangatkan suasana. Sebotol besat vodka tersaji di atas meja.
"Nanti temen gue mau dateng, bertiga pasti lebih asyik. Dia ngiri waktu gue ceritain soal kontol lo itu hahaha.." cetus Albert.
Hmm.. rejeki nomplok. Melihat tubuh Albert yang atletis aku membayangkan kalau temannya pasti nggak jauh beda kondisinya.

Sambil menunggu kami pun ngobrol-ngobrol sambil melakukan sedikit cumbuan-cumbuan kecil. Kira-kira dua puluh menit kemudian teman Albert pun datang. Dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui bahwa teman Albert yang dimaksud ternyata adalah salah seorang artis sinetron pria yang cukup ngetop. Yang membuatku tambah terkejut adalah kenyataan bahwa dia sama seperti kami. Padahal kalau di sinetron-sinetron gayanya macho sekali. Si artis yang berinisial MT itu kita sebut saja James, untuk memudahkan ceritaku. Setelah berkenalan, James pun bergabung dengan acara minum-minum kami sambil bercerita-cerita.

Setelah mulai terasa setengah mabuk kami mulai terbawa suasana. Pengalaman-pengalaman yang kami lontarkan otomatis membuat kami horny. Dan entah siapa yang memulai, kami pun langsung terlibat cumbuan yang hebat. Rupanya aku sengaja dijadikan most target oleh mereka. Kelihatan sekali mereka betul-betul bernafsu denganku. Padahal tadinya kupikir yang akan menjadi most target adalah James, namun sepertinya Albert sudah terbiasa have fun dengan James.

Dengan liar kedua pria macho itu melucuti pakaianku hingga aku lebih dulu telanjang bulat. Kulihat James melotot melihat penisku yang sudah tegang sejak bercumbu dengan Albert tadi. Spontan artis sinetron tersebut langsung menggenggam penisku dan memasukkan ke dalam mulutnya. Ahh.. siapa sangka seorang artis sinetron bisa mengulum penisku. Aku betul-betul menikmatinya. Sementara Albert asyik menjilati bagian atas tubuhku. Tak sejengkal pun dilewati Albert tanpa jilatan lidahnya yang sensasional. Sebagai pria, kami sama-sama tau titik rangsang satu sama lain. Albert terus menjilati sekujur tubuhku. Dan di tiap titik rangsang, pria itu agak lama menjilatnya. Ohh.. betul-betul sensasional!

James yang asyik dengan penisku kini tak hanya menjilati penis dan buah pelirku saja, namun juga selangkangan, paha, pinggang dan pantatku. Tubuhku sampai bolak-balik berganti posisi untuk membiarkan mereka menjilati sekujur tubuhku. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku sampai terlihat basah dan licin.

Nafsu birahi membawaku untuk menanggalkan pakaian Albert. Dalam sekejap pria gagah itu sudah berkeadaan sama denganku. Dan untuk pertama kali aku melihat penis Albert. Gila, nggak jauh beda dengan punyaku! Cuma bedanya Albert sudah disunat. Dengan penuh gairah langsung kusambar batang penis Albert yang sudah tegang. Kujilati garis-garis urat yang menghiasi batang penisnya tersebut, hingga akhirnya kukulum seluruhnya.

Albert yang menganggur mencoba melepaskan pakaian James. Tanpa keberatan, artis sinetron tersebut membantu Albert untuk melucuti dirinya sendiri. Dan sesaat kemudian kami bertiga sudah sama-sama bertelanjang bulat. Kami pun saling meng-oral. James men-service aku, sementara aku memuaskan Albert, dan Albert membuat James kelojotan dengan liukan lidahnya. Lama sekali kami melakukan itu, dan berganti-ganti posisi.

Akhirnya puncak gairah pun tiba. Albert memintaku menungging. Sambil berpegangan pada sandaran sofa, aku menuruti permintaan Albert. Lubang pantatku mulai berdenyut. Ahh.. kurasakan kepala penis Albert mulai menyentuh liang pantatku yang sudah basah. Pria itu memainkan penisnya sambil memasukkan pelan-pelan ke dalam pantatku. Slepp! Ahh.. akhirnya batang penis Albert mulai menembus pantatku. Albert mendorong perlahan. Ughh.. nikmat sekali. Pelan.. pelan.. pelan.. dan.. aahh.. kurasakan penis Albert mentok di dalam pantatku. Albert pun berteriak. Tubuh pria itu pun mulai maju mundur memberi sensasi kenikmatan di tubuhku.

Dari balik sofa, James menyodorkan batang penisnya ke mulutku. Hupff.. hampir aku sesak nafas dijejali penis berukuran sejengkal tangan orang dewasa itu. Enak sekali penisnya. James juga memegangi kepalaku yang naik turun. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku yang menghujam pantat James dengan rudal pusakaku. Sementara Albert menyelinap masuk ke bawah tubuh James dan mengulum penis pria itu dari bawah. Uhh.. melihatnya saja membuat birahiku naik, apalagi James yang merasakannya. Aku memeluk tubuh James yang menggelinjang tak karuan.

Berikutnya giliran Albert yang dipuaskan James. Sementara aku memeluk tubuh artis sinetron itu dari belakang sambil menggesek-gesekkan batang penisku di sela-sela pantatnya. Ahh.. enak sekali. Aku mendengar Albert juga melenguh keasyikan.
Posisi terakhir adalah yang paling sensasional. Aku sudah sering melakukannya tapi tetap saja setiap melakukan selalu terasa sensasional. Albert yang bertubuh paling besar dan kekar duduk di sofa. Kemudian James duduk di pangkuan Albert dengan kondisi penis Albert yang tertanam di lubang pantat James. Dan posisi paling atas aku duduk di pangkuan James dengan penis James yang tertanam di lubang pantatku. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Memang dengan posisi ini tak banyak yang dapat kami perbuat selain menggoyang-goyangkan pantat saja.

Aku yang berada di posisi paling atas paling aktif bergoyang. Dan tubuhku juga bisa naik turun meski pelan-pelan. James mulai naik ke puncak birahi. Tangannya yang kekar menjamahi tubuhku. Sementara tubuhku terus asyik bergoyang dan naik turun.
"Ahh.. Rico.. gila lo.. enak banget man.." serunya.
Aku juga merasakan kenikmatan yang sama. Penis James yang mengulik dinding lubang pantatku membuat spermaku mulai mengalir ke arah penis.
"James gue udah naik nih.." seruku sambil terus mempercepat goyangan.
"Sama, gue juga.." seru James.
Pria itu lantas membantuku dengan mengocok batang penisku. Uhh.. birahiku sudah ke ubun-ubun. Tak lama kemudian aku merasakan semburan cairan kental beberapa kali menyemprot di lubang pantatku. James sudah mencapai orgasme. Dan cairannya yang membasahi pantatku mendorong birahiku untuk mencapai orgasme. Ditambah lagi dengan kocokan tangan James. Aahh.. crot! Muntahlah beberapa semburan sperma dari penisku.

Aku pun bangkit untuk memberi kesempatan bagi Albert untuk memuaskan sisa birahinya. Kini kulihat tubuh James yang bergoyang dan naik turun. Mereka semakin hot. Aku duduk disamping Albert untuk menggoda pria itu dengan jilatan-jilatanku. Dan itu membantunya untuk mencapai puncak birahi.
"Aahh.. Jamess.." Albert mengerang.
Dan kulihat James berhenti bergoyang. Sepertinya sperma Albert sudah menyembur di lubang pantat James.
Hari itu kami bertiga betul-betul berpesta sampai menjelang malam. Aku nggak tau berapa banyak sperma yang kami muntahkan dari batang penis kami. Ya di dalam pantat, di mulut, di badan.. pokoknya seru banget! Selesai bermain, kami mandi bersama dan masih sempat memacu birahi lagi. Tapi hanya aku dan James yang sempat orgasme sekali lagi, sementara Albert terlihat masih menyimpan sisa birahinya.
"Ntar malem abis nge-DJ gue ada date lagi man, jadi mesti irit hehehe.." jelasnya.
Selesai mandi, kami pun berpisah. James entah kemana, sementara Albert sempat mengantarku pulang ke rumahku. Setelah itu pria tampan tersebut melanjutkan pekerjaannya ke daerah pusat.

Aku dan Aldy

Setibanya di kos, aku langsung membanting tubuhku ke kasur, terus terang aku masih mengantuk pagi itu. Tapi, di luar dugaan, Aldy pun tiba-tiba ikut membanting tubuhnya ke atas kasur, ia tengkurap dan aku terlentang di sebelahnya, Aldy mendekatkan tubuhnya, mukanya didekatkan sampai tepat di depan batang hidungku.

"Kau belum cerita kenapa kau menciumku tadi, sekarang jelaskan padaku!" kata Aldy. Sesaat lamanya aku hanya mematung sambil bola mataku bergerak-gerak memandangi muka Aldy yang begitu dekat dengan mukaku, aku seperti kena skak mat saat itu.

"Kau, Kau terlalu merangsang sih!" sahutku kemudian, aku menjawabnya dengan serius dan berusaha sejujurnya, tetapi Aldy malah menganggapnya lelucon, ia tertawa mendengarnya.

"Kalau kau suka, kenapa tidak lakukan yang lebih dari itu? Sekarang aku sudah di dekatmu, lakukan saja apa yang kau mau. I'm yours today," Mataku langsung terbelalak mendengar ucapan Aldy barusan yang sungguh di luar dugaan, aku sungguh tak mempercayainya! Sebelum Aku sempat berbuat apa pun saat itu, Aldy sudah bangkit dari kasur, lagi-lagi ia sepertinya kebingungan dengan celananya.

"Kau bisa pakai celanaku dulu selama kau jemur celanamu itu!" usulku kemudian. Aldy mengangguk setuju, aku pun segera bangun dari kasurku dan mengambilkan sebuah celana pendek dan sekaligus celana dalamku untuk kupinjamkan pada Aldy. Sesudah itu Aldy melepas celananya, di depan mataku. Sebelum ia sempat membuka retsletingnya, tanganku secara refleks mencegahnya,

"Biar aku bantu!" kataku sambil kemudian berjongkok di depan Aldy dan membantu memelorotkan celananya. Begitu lepas, mataku langsung tertumbuk pada tonjolan besar yang masih terbungkus celana dalam putih yang super seksi itu dengan jembut-jembut halus di sekelingnya. Kudekatkan tanganku, ku pegang batang kejantanan Aldy dan kuremas-remas seperti orang meremas adonan roti. Aku sungguh menikmatinya sampai-sampai air liurku pun menetes seperti pancuran. Setelah itu, ku dekatkan mulutku, langsung saja kucaplok kontol Aldy yang sudah mengeras itu, tampaknya cukup besar juga. Kugigit-gigit dan kumain-mainkan kontol yang masih terbungkus CD itu dengan mulutku. Aldy mengerang-erang sambil makin lama makin bergerak mundur dan sampai akhirnya bersandar pada tembok. Kedua belah kakinya dibuatnya mengangkang. Pahanya sangat putih dan agak berbulu, sungguh merangsang.

Karena tak tahan lagi aku ingin segera menikmati secara langsung batang kejantanan Aldy di dalam mulutku, maka dengan cepat saja kupelorotkan celana dalam Aldy itu. Sesuatu yang besar dan panjang langsung melesak keluar begitu CD itu kutarik ke bawah hendak kulepaskan. Kontol Aldy bergerak-gerak naik turun dengan keperkasaannya, bergoyang-goyang seperti batang bambu tertiup angin. Aldy sudah full ereksi saat itu sama halnya denganku. Karena CD-ku sudah terasa tak muat lagi menampung kontolku yang makin mengeras itu, aku pun akhirnya membuka juga semua celanaku. We are panthless.

Aku segera saja melumat kontol Aldy dengan mulutku, menjilatinya dari ujung ke pangkalnya dengan lidahku yang liar, menghisap dan mengempotnya keluar masuk mulutku dengan tempo yang makin cepat seiring dengan birahi yang makin membara dan suasana yang makin memanas. Kumain-mainkan kontolnya yang 13 cm itu dengan lidahku, terasa nikmat dan begitu menggairahkan.

"Ach! Teruskan Fer!" pinta Aldy dengan manjanya. Aku tak begitu menggubrisnya, aku masih asyik dengan permainanku. Seolah aku sedang bernostalgia dengan pengalaman bersama teman-teman smu-ku dulu.
Aku kemudian mengangkat sedikit buah pelir Aldy, untuk bisa kunikmati kedua belah selangkangannya yang menebarkan aroma kejantanan seorang Aldy, cowok ganteng dari metropolis.

Setelah puas bermain-main dengan bagian bawahnya, aku langsung mendekap badan Aldy dengan erat, kudaratkan ciuman-ciuman mautku ke bibirnya yang seksi itu sambil membimbingnya menuju ranjang asmara. Kubaringkan badannya di atas kasur dan kemudian kutindih, lagi-lagi aku menciuminya. Kali ini tak hanya di bibir, kutanggalkan t-shirt yang dipakainya dan ku jelajahi setiap lekuk-lekuk tubuhnya dengan bibir dan lidahku, tak dapat lagi ku tahan gelora nafsu seorang remaja kala itu.
Kugigit kedua puting susunya yang memerah, mengelus-elus dadanya dan perutnya yang seksi, menciumi kedua belahan ketiaknya dan menikmati semuanya yang ada pada Aldy. Ini bukan yang pertama, baik untukku maupun untuk Aldy, karena kami sudah sama-sama berpengalaman untuk hal semacam ini. Aldy sebetulnya sudah punya seorang boyfriend di Jakarta, dan mereka berdua sudah cukup sering melakukannya.

Permainan Aldy pun tak dahsyatnya, ia mengeluarkan semua jurus yang ia punya. Boleh dikatakan kami saling bertukar ilmu dan pengalaman. Aldy ternyata lebih suka main belakang, ia menyuruhku telungkup dan kemudian menindih badanku, setelah itu mulailah ia menciumi rambutku dan seluruh wajahku dengan ciuman-ciuman bibirnya, perlahan-lahan makin turun ke punggung dan ke belahan anusku, yang kurasakan hanya kegelian dan nikmat semata. Kemudian Aldy mulai menciumi kedua belahan selangkanganku, kedua kakiku mengangkang. Setelah itu ia mengangkat sedikit tubuhku naik, lantas mulai meraih kontolku dari belakang, ia mengocoknya makin lama makin cepat, sementara kurasakan kontol Aldy bergerak-gerak di pantatku sambil mengeluarkan cairan precumnya.

"Argh, aku sudah mau keluar!" erangku kemudian. Aldy seketika membalikkan badanku dan membuatku telentang, kemudian dimasukkannya kontolku ke dalam mulutnya, dihisapnya sampai muncrat lahar putihku itu di dalam mulutnya. Aldy menjilatnya sampai ludes, ia tak menyisakannya sedikit pun.

Untuk sejenak ia membiarkanku mengambil nafas dan mengobati keletihanku. Setelah itu, lagi-lagi Aldy membalikkan badanku, mengaturnya dalam posisi bersujud, dan kemudian ia pun mulai melumasi jarinya dengan air liur untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang anusku. Aku sebetulnya agak segan dianal, pengalaman pertamaku dulu cukup menjadi trauma tersendiri untukku, sebab anusku sakit sekali sesudah itu. Bukannya kapok, melainkan hanya sebuah trauma, justru aku sebenarnya ketagihan dengan permainan ini. Tapi entahlah, kali ini aku sepertinya tak kuasa untuk menolak, aku seolah pasrah saja di tangan Aldy.

Setelah berhasil memasukkan dua jari ke dalam lubang anusku, ia pun mulai mencoba mengganti dengan kontolnya, ia mendekapku dengan erat dengan gaya doggy style sambil memompa kontolnya masuk. setelah berhasil, ia pun mulai memompanya naik turun berirama, temponya dari mulai yang paling lambat sampai yang paling cepat. Cukup lama ia menganalku sampai spermanya muncrat di dalam lubang anusku. Dan masih saja kurasakan hal yang sama dengan yang dahulu, nyeri dan nikmat!

Celana Dalam Seksi

Sejak kelas 2 SMA, aku selalu tertarik dengan celana dalam yang super seksi dan mini. Pertama kali pula aku membeli celana dalam String Bikini (yang pinggangnya hanya karet saja tetapi pantatnya masih tertutup) kelas 2 SMA. Setiap kali memakai celana dalam itu, selalu 'anu' ku menjadi tegang, bisa dipastikan dulu, tiap memakai celana dalam itu, selalu masturbasi.

Menginjak masa kuliah, fantasiku makin berkembang dengan ingin mengetahui siapa saja yang memakai celana dalam seksi semacam yang kupakai dan bagaimana bentuk anunya. Apakah mereka (orang-orang yang pake celana dalam itu!) juga terangsang dan melakukan masturbasi setiap menggunakan celana dalam itu?

Aku tidak tergila-gila dengan celana dalam kotor bekas orang atau yang ada bekas air maninya. Itu jorok sekali! Tapi aku suka menggunakannya (celana dalam bersih dan seksi) dan dengan senang hati akan aku perlihatkan kepada orang-orang yang mau melihat juga.

Sampai sekarang, koleksiku sudah tak terhitung banyaknya. Sekarang, aku selalu menggunakan celana dalam G-string/thong, yang bagian pantatnya tali doang, dengan bahan yang tipis atau yang nerawang sekalian, jadi kesannya (dan memang!) seksi sekali. Tiap kali aku ganti pakaian seragam kerja diloker, semua rekan kerja melihat dengan takjub dan aku yakin, beberapa dari mereka juga terangsang.

Akhirnya semua celana dalamku termasuk celana renang, bisa dikatakan yang minim sekali. Kalo anuku tegang, pasti sudah keluar dari sarangnya. Aku selalu bertanya-tanya, siapa saja orang yang membeli celana dalam model begini, karena tiap kali ada model baru, dalam waktu sebentar semua sudah habis terjual. Begitu pula celana renang. Tiap kali ada yang baru dan seksi, dalam sekejap habis terjual. Sampai suatu hari pertanyaannya terjawab.

Satu hari aku pergi berenang ke salah satu kolam renang favoriteku. Kolamnya bersih dan cukup sepi pada saat-saat tertentu, sehingga kadang-kadang aku dapat melepas celana renangku dan berenang telanjang bulat, tanpa harus diketahui orang. Aku pergi pagi hari pukul 09.00. Hari itu aku memakai celana renangku yang termini dan tersexy, tali pinggangnya tidak lebih besar dari satu jari tangan, dan menggunakan karet elastis. Aku belum pernah melihat orang lain menggunakan celana renang yang sama.

Pagi itu kolam renang sepi, hanya aku sendiri yang berenang, dan seperti kebiasaan, aku melepas celana renang dan berenang telanjang bulat. Anuku sudah tegang dari sejak membuka celana, tapi rasanya kurang sreg kalau dilakukan di dalam kolam. Baru dua lap aku berenang, ada seorang laki-laki lain yang masuk areal kolam renang. Cepat-cepat aku berhenti dan mengenakan celana renang yang kusangkutkan pada lenganku. Aku berhenti dan memperhatikannya dari jauh. Pada saat dia membuka celana dan bajunya untuk berenang, aku melihat dengan terperanjat, karena dia menggunakan celana renang yang persis dengan celanaku hanya berbeda warna. Kemaluanku langsung tegang dan terangsang. Aku tidak berani berenang lagi dan berhenti di pinggir kolam, tidak berani untuk keluar juga.

Tak lama kemudian dia mulai berenang dan melihat ke arahku. Dia cukup tampan, dengan dada yang bidang dan kemaluannya cukup besar (terlihat jendolannya cukup besar!) Dia mengenakan kaca mata renang dan berenang tidak jauh dari tempat aku berdiri. Tiba-tiba, setelah berada dekat denganku, dia berhenti, dan memandangiku sambil tersenyum.
"Kenapa, Mas?", tanyaku.
"Enggak, Mas pake celana renang sama dengan celana renangku!", sahutnya.
"Iya, aku juga kaget waktu ngeliat kamu pake celana renang yang sama", Kataku lagi.
"Mas lagi bangun, yah, tititnya keluar dari celana renang", katanya tanpa malu-malu.

Aku sedikit kaget dan malu, langsung berusaha memasukan kembali penisku ke dalam celana (tapi tidak berhasil!).
"Nggak Papa, kok, sekarang aku juga jadi bangun. Kenalin, aku Dito", katanya lagi membuka percakapan "pegang aja, kalo nggak percaya", sambil tangannya menuntun tanganku memegang bagian depan celana renangnya.
Astaga! Terasa hangat dan berdenyut dan benar dugaanku, cukup besar untuk ukuran orang Indonesia. Aku sedikit kaget (dan senang!) melihat sikap dan kelakuannya yang terus terang. Aku diamkan aku ketika tangannya memegang kemaluanku.
"Punyamu besar juga, lho, sama dengan punyaku", katanya dengan nada gembira.

Kami kemudian berenang bersama selama setengah jam, kemudian aku naik dari kolam renang dan menuju ke kamar bilas.
"Eh, tunggu dong, saya juga sudah selesai", kata Dito. Aku sungguh tidak mengira akan terjadi peristiwa yang menyenangkan ini, dan langsung menunggunya. Kami berdua berjalan menuju kamar bilas. Saat aku hendak berbilas, Dito mengikutiku sambil berkata, "Mandi bareng yuk!", dengan cepat aku menganggukkan kepala. Kubuka celana renangku, dan melangkah menuju shower. Kemaluanku mulai menegang kembali.

Kemudian Dito, ikut bergabung di shower sebelahku, kemudian dia juga melepas celana renangnya sehingga kami berdua dalam keadaan telanjang bulat dan kemaluan keras menegang saling meberdiri. Dito mendekatkan dirinya dan penis kami saling bersentuhan, kemudian dia berjongkok dan mengulum kemaluanku beserta bijinya, aku mengerang keenakan. Dito tahu bagian mana yang nikmat dan sensitif pada penisku.

Setelah sepuluh menit, aku angkat dia dari jongkoknya dan giliranku sekarang berjongkok di hadapannya dan mengenyot penisnya. Giliran dia yang mengerang kenikmatan. Kurasakan pre-cumnya yang sedikit asin. Tangan kiriku berada di pangkal kemaluannya sementara mulutku mengulum kemaluannya, tangan kananku berada di pantat dia yang bulat dan jariku bermain.
"Ahh.., ahh.., aku sudah dekat, nih!", kata Dito sambil pantatnya makin cepat maju mundur. Makin aku hisap dengan kuat penisnya yang makin terasa hangat dan berdenyut, sementara tangan kananku mulai mengocok kemaluanku sendiri.
"Aahh..", Dito mengerang dan cairan hangat menyembur ke dalam kerongkonganku. Lepas sudah air mani Dito, kutelan sari laki-laki tersebut dengan hausnya, sementara tanganku makin cepat mengocok kemaluannya dan, "aahh..!". Air maniku tumpah di lantai kamar bilas. Lepas dan nikmat sekali.
"Yah, aku juga mau ngerasain punya kamu", kata Dito sedikit kecewa.
"Aku janji kamu bakal ngerasain punyaku juga", jawabku.

Kemudian kami berbilas dan membersihkan diri. Untung kolam renang pagi itu dalam keadaan sepi dan tidak satupun orang masuk selam itu. Selesai berbilas, kami mengeringkan diri dan siap-siap memakai pakaian.
"Kok, peler kamu masih keras dan tegang juga sih, masih mau lagi yah!", Tanya Dito melihat kemaluanku yang belum turun.
"Nanti kalo udah pake celana dalam juga turun sendiri", sahutku. Kupakai celana dalam G-stringku yang berwarna kulit.
"Hah, celana dalemnya seksi banget", kata Dito.
"Semua celana dalemku model ginian, abis nikmat sih dipakenya dan kelihatan seksi", kataku lagi.
Tiba-tiba Dito langsung mengenyot kembali penisku yang masih keras", Dit, ntar ada orang masuk!", kataku sedikit kaget melihat spontanitasnya.
"Biarin, gue pokoknya mau ngerasain punya lu", jawabnya.

Dito mengisap penisku dengan ganas sehingga aku terangsang lagi. Dia jilat seluruh kemaluanku, kadang-kadang dijilat bersama-sama dengan celana dalamku, sehingga semua menjadi basah.

Kemudian dengan cepat dan bernafsu dia menggerakkan kepalanya maju mundur dengan cepat dan isapannya makin kuat. Kupegang kepalanya dan aku bersandar ke dinding. Makin lama makin kuat.
"aah..!". Akhirnya semprotan maniku tumpah ke dalam mulut Dito dan lebih banyak dari yang pertama sampai membasahi celana dalamku. Semua langsung dijilat bersih oleh Dito.

Badanku terasa ringan sekali, dan Dito tersenyum puas melihatku. Aku pulang tidak memakai celana dalam lagi karena sudah basah, padahal aku hanya mengenakan celana pendek. Sore itu, kejadian yang sama terulang lagi, tetapi kali ini di rumah Dito.

Budak Seks Pekerja Bangunan

Sejak masa puber, saya sudah tahu kalau saya berbeda dengan para pria lainnya. Saya menyukai sesama lelaki. Tapi karena saya jarang keluar rumah, saya kurang berinteraksi dengan para pria di luar sana. Sebagai pelampiasan, saya sering masturbasi sambil melihat koleksi foto cowok bugil yang kudapat dari internet, hasil copian di warnet tiap minggu. Fantasi terbesarku adalah diperkosa oleh laki-laki jantan berbadan bagus. Saya tak pernah menyangka bahwa fantasiku akan terwujud sebentar lagi..

Pagi itu, saya sedang berjalan-jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalku untuk mencari angin pagi. Seperti biasa, sambil berjalan, kusapukan pandanganku mencari laki-laki ganteng untuk mencuci mata. Sesosok tubuh pria pribumi bertelanjang dada menangkap perhatianku. Tubuhnya terlihat sangat bagus dari belakang. Memang tidak sebagus tubuh binaragawan, namun tetap saja menggiurkan. Pokoknya cocoklah kalau dia memutuskan ingin menjadi model sampul majalah fitness pria. Warna kulitnya agak gelap, namun dengan tubuh seseksi itu, dia nampak semakin menarik. Otot-otot punggungnya terbentuk lumayan, nampaknya dia adalah seorang tukang bangunan atau semacamnya.

Sesekali, dia menengokkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tanpa sengaja memberiku kesempatan untuk melihat wajahnya. Nampaknya dia tak terlalu tua, sekitar 30an. Tampangnya sangat jantan, tegas, dan "beringas". Tapi wajahnya lumayan menarik juga. Perlahan-lahan, batang kontolku mulai berdiri. Di dalam otakku yang mesum, kubayangkan nikmatnya diperkosa olehnya. Oohh.. Saya lalu memutuskan untuk berjalan tepat di belakangnya. Kapan lagi bisa ketemu lelaki menggiurkan seperti ini? Telanjang dada lagi ;)

Setelah beberapa menit kuikuti, tiba-tiba dia berbelok arah dan masuk ke dalam sebuah gang kecil. Dengan tekad membara, kuikuti dia seperti seorang mata-mata. Gang itu sepi sekali. Tak ada satu pun orang di sana. Semakin kuikuti, saya menjadi semakin takut namun gairahku malah semakin tinngi. Kontolku telah basah oleh "precum" dan cairannya telah membasahi bagian depan celena pendekku yang tipis.

Tiba-tiba, pria itu berhenti. Otomatis, saya berhenti juga. Pada saat dia membalikkan tubuhnya dan memandangku, jantungku serasa ingin lepas. Saya takut sekali. Bagaimana jika dia sampai tahu bahwa saya mengikutinya. Namun pria itu hanya tesenyum. Senyuman itu nampaknya seperti senyuman seorang penjahat.

"Mau apa loe ngikutin gue?" Nada bicaranya terdengar agak tak ramah. Saya hanya terdiam saja. Saat saya tertunduk, kulihat benjolan basah besar di celanaku.
"Gawat, dia pasti melihatnya.. Aduh, bagaimana ini?", pikirku.

Pria itu mendekatiku. Entah kenapa, saya hanya berdiri terpaku di situ. Saya mulai gemetar ketakutan, namun ketakutanku hanya menambah gairahku. Dalam hatiku, saya berharap dia akan memperkosaku. Saya rela memberikan keperjakaanku padanya.

"Loe suka liat badan gue, yach?" tanyanya setelah mengamati benjolan di celanaku.

Tangan kanannya bergerak menyapu dada bidangnya. Dadanya yang agak gelap diremas-remas. Tak ayal lagi, putingnya mulai menegang menjadi sangat lancip. Gairahku menjadi tak terbendung lagi. Ingin rasanya saya memintanya untuk menyodomi pantatku, namun saya terlalu takut.

"Loe suka ini?" tanyanya lagi, kali ini agak terdengar menantang.

Dia berjalan semakin dekat.. Dekat.. Dan dekat, hingga akhirnya wajahku hampir menyentuh lehernya (Dia lebih tinggi dibanding diriku). Menundukkan kepalanya sedikit, dia berbisik..

"Pengen diperkosa nggak?"

Saya hanya terdiam. Air liurku rasanya susah sekali ditelan. Tangannya meraih turun dan memegang benjolanku dengan kasar.

"Kontol loe pasti bagus. Gue paling suka ama kontol yang nggak disunat.."

Setelah puas meraba-raba daerah terlarangku, dia meraih resleting celananya. Dengan sekali tarik, resleting itu terbuka dan kepala kontolnya menyembulkan diri untuk memberi salam. Namun saya menjadi semakin takut. Palkon (kepala kontol) pria itu begitu besar dan ukuran itu hanya ukuran sewaktu masih lemas. Bagaimana jika kontolnya terangsang? Saya mulai berpikir untuk menolak kesempatan ini. Saya memang ingin dingetotin, tapi bukan oleh kontol kuda. Saya bersiap-siap untuk kabur namun dia dapat membaca pikiranku. Sebelum saya sempat bertindak, kedua tangannya telah mencengkeram bahuku dengan sangat kuat.

Sambil menatap kedua mataku dalam-dalam, dia berkata..

"Loe nggak bakal ke mana-mana. Kalo loe berani kabur tau teriak, gue akan sumpah gue bakal ngabisi nyawa loe dengan kedua tangan ini.." Cengkeramannya dipererat untuk menegaskkan maksudnya.

Saya sungguh tak berdaya. Pada saat dia membawaku ke tempatnya, saya hanya dapat mengikutinya. Tak ada kesempatan untuk kabur karena dia tetap memegangi bahuku. Kontolnya masih bergoyang-goyang di luar resleting celananya, mengikuti irama jalannya. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah kumuh, tak jauh dari gang tempat dia menangkapku. Dari luar, rumah itu nampak tak terawat dan agak gelap.

Dengan kasar, dia mendorongku masuk. Pria itu ikut masuk, setelah mengunci pintu untuk memastikan saya tak dapat melarikan diri. Rumah itu memang kumuh sekali. Sinar matahari hampir tak dapat masuk. Suasana di dalam rumah kecil itu remang-remang. Lantainya terbuat dari semen halus, ruangannya hanya ada dua, penerangannya tak memadai, jendelanya hanya ada satu, hampir tak ada ventilasi, dan tak ada perabotan selain beberapa meja dan kursi kayu. Saya terhentak. Ruangan ini lebih tepat disebut sebagai ruang tahanan bawah tanah, tempat para tentara menyiksa musuh-mush mereka.. Apa yang akan dilakukan pria itu terhadapku, tanyaku dalam hati.

"Buka baju loe," perintahnya.
"Cepat!!" sambungnya, agak kasar dan tak sabaran.

Beberapa saat kemudian, saya berdiri tanpa sehelai benang pun di hadapan pria itu. Kontolku mengeras bak pelat baja. Kolam "precum" terbentuk di atas palkonku yang tertutup kulup. Pakaianku kutaruh di pojok ruangan itu. Pria itu melahap tubuhku dengan tatapan bernafsu. Kontolnya yang masih tergantung di luar mulai hidup. Pelan-pelan namun pasti, kontol itu memanjang, mengeras, dan membesar.

Tak lama kemudian, kontol itu telah mencapai ukuran maksimum. Panjangnya kira-kira 25 cm. Dan keliling batang kontolnya sekitar 15cm. Sungguh besar kontol yang dia miliki, seperti kontol kuda penjantan. Agar lebih nyaman, pria itu melepas celananya sehingga kini dia pun berdiri telanjang bulat. Tak ada rasa minder sedikit pun di wajahnya. Dia bangga dengan tubuhnya dan juga dengan kontolnya.

"Sini loe." Dengan kasar dan bernafsu, dia menarik tubuhku mendekat padanya.

Tanpa memberiku waktu untuk berpikir, dia melumat bibirku sambil merangkul tubuh telanjangku. Kontol kami saling beradu dan cairan kenikmatan membasahi tubuh kami. Untuk sesaat, rasa takutku menghilang. Pada saat saya sedang terbuai oleh kenikmatan sentuhannya, dengan sigap dia merantai tanganku dan menariknya sekuat mungkin. Tubuhku terangkat ke atas. Dia terus menarik sampai akhirnya kontolku berada tepat di depan mulutnya.

"Ini yang gue suka.. Kontol berkulup.. Mm.." Kontolku langsung disantap olehnya.

Dengan liar, dipermainkannya lidahnya. Saya hanya dapat meronta-ronta kenikmatan sambil mengerang-erang. Bagiku, ini sama sekali bukan pemerkosaan. Namun, saya kemudian menyesal telah berpikir demikian..

Saya hampir saja keluar, namun pria itu menghentikan aksinya, Nampaknya, dia cukup puas dengan "precum" yang kuhasilkan. Rantai yang mengikat kedua tanganku dilepaskannya. Saya langsung dibawa ke sebuah meja kayu dan ditelentangkan di sana. Kedua tangan dan kakiku diikat pada kaki-kaki meja. Khusus untuk kakiku, Supri mengikatnya sedemikian rupa sehingga kakiku ngangkang dan memperlihatkan lubang ngentot yang kumiliki. Ikatannya benar-benar kuat. Saya tak dapat bergerak! Telentang pasrah di sana menunggu nasib. Nasib seorang budak homo.

"Untuk apa tubuhku diikat seperti ini?" tanyaku, khawatir.
"Untuk dientotin.. Untuk apa lagi?" tawanya, bernada mengejek.
"Mulai saat ini, loe adalah budak sex gue. Budaknya Supri. Loe musti muasin nafsu seks gue, dan juga ngecret sebanyak yang loe bisa. Gue paling suka liat budak seks gue ngecret dan mengerang kesakitan akibat dientotin." Kali ini, saya benar-benar ketakutan. Pria yang bernama Supri ini nampaknya tidak main-main.

Supri berjalan mengelilingi meja sambil meraba-raba tubuhku. Sentuhannya hanya membuatku semakin gila dengan gairah. Dia lalu berhenti di depanku.

"Buka mulut loe, homo!" serunya.

Tanpa kubantah, langsung kubuka mulutku dengan senang hati. Kontol kuda itu lalu meluncur masuk. Rasanya besar sekali, mulutku serasa ingin pecah. Kepala kontolnya bergerak maju dan mendesak langit-langit mulutku. Cairan asin mengalir keluar dari lubang kontolnya dan masuk ke dalam mulutku. Rasanya nikmat sekali. Namun sebelum saya dapat menikmatinya, Supri menarik kontolnya mundur. Sesaat kemudian, kontol itu bergerak maju lagi, lalu munder, maju, mundur. Dan begitu seterusnya. Untuk mengimbangi kepalaku, Supri memegang kepalaku menyamping agar dia lebih leluasa memperkosa mulutku. Saya hanya dapat mengerang nikmat sambil sesekali tersedak dan hampir kehilangan napas.

"Yeah.. Hisap terus.. Aahh.. Homo emang paling tau nyenengin cowok.." katanya sambil tersengal-sengal.
"Uugghh.. Aahh.. Loe adalah budak homo gue.. Milik gue seorang.. Aahh.. Nikmat sekali.. Oohh yah.. Oohh.. Ahh.."

Erangan-erangan nikmatnya sebentar pelan, dan sebentar keras. Saya sendiri mulai suka diperlakukan seperti itu. Namun mendadak, Supri semakin panas. Erangan-erangannya semakin keras dan terdengar seperti sedang kesakitan.

"Aarrgghh.. Oohh.. Siap-siap, homo.. Pejuh gue mau keluar.. Aahh.. Oohh.. Telan ini..!! Aarrgghh..!! Oohh.."

Dan dengan itu, kontol Supri pun memuntahkan isinya. Crroott.. Crroot.. Croot.. Cairan putih kental dan hangat itu membanjiri mulutku. Dengan lahap, kutelan semuanya tanpa sisa. Oohh cairan kelaki-lakian Supri memang sangat lezat.. Nikmat sekali..

"Uugghh.. Aahh.. Oohh.." Kontol Supri menembakkan pejuhnya selama kurang lebih sepuluh kali, lalu berhenti.

Keringatnya menetes membasahi wajahku. Pria jantan itu lalu mengelus-ngelus wajahku seolah sedang berterima kasih. Saya tersenyum puas sambil memejamkan mataku. Tak dapat dipercaya kalau saya telah melakukan oral sex dengan pejantan itu. Kukira saya dapat beristirahat, namun tiba-tiba kurasakan tangan Supri menjalar ke pahaku. Sewaktu kubuka mataku, Supri telah berdiri di depan kontolku.

Dengan bernafsu, Supri membasahi jari-jarinya kemudian jari-jari basah itu dimain-mainkan di lubang anusku yang masih ketat. Ketika jari-jari itu menekan masuk ke dalam anus, rasanya agak nyeri dan sakit. Apalagi ketika Supri memutar-mutarnya. Katanya, dia perlu melonggarkan sedikit lubang pantatku sebab lubangku terlalu ketat. Lama-kelamaan terasa nyaman dan nikmat. Saya mulai terbuai..

"Aa!! Apa itu?!" teriakku.

Rasanya luar biasa sakit. Sesuatu yang jauh lebih besar tiba-tiba menghunjam masuk. Tersadar olehku kalau benda itu adalah kontol Supri. Ya, tidak salah lagi, pikirku. Benda itu besar dan panjang, hangat, agak basah di bagian ujungnya dan berdenyut-denyut.

"Aahh..!! Sakit.." erangku.
"Diam loe, homo! Loe adalah budak seks gue dan loe musti mau gue ngentot. Sebentar lagi, loe udah bukan perjaka lagi.." tawanya riang.
"Jarang sekali bisa perkosa cowok homo yang masih perjaka.. Aahh.. Nikmatnya.."

Supri menarik jari-jarinya keluar dan menusukkan kontolnya lebih dalam lagi. Saya mengerang semakin keras. Sakitnya bukan kepalang. Rasanya seperti hendak terbelah dua saja. Lubang pantatku menganga lebar, tersumbat oleh kontol kuda itu. Air mata mengalir dari mataku, saya telah diperkosa oleh Supri.

Pada saat itu, saya benar-benar menyesal telah meminta permohonan konyol macam itu, namun sudah terlambat untuk menyadarinya. Supri mulai menggenjot pantatku. Masuk, keluar, masuk keluar.. Seiring dengan irama genjotannya, saya menangis dan mngerang. Lubang duburku benar-benar panas dan perih. Saya berusaha untuk berontak namun tali itu mengikatku terlalu kuat.

"Aagghh!!" teriakku lagi.
"Ampun, Bang.. Aacchh.. Sakit.. Ampun, Bang.." tangisku.
"Aacchh!!" Namun tangisku tak dihiraukannya. Malah Supri menjadi semakin beringas dan liar.
"Oohh.. Lubang loe ketat sekali.. Aahh.. Lebih ketat dibanding memek.. Uugghh.. Mimpi apa gue semalam.. Aahh.. Bisa dapatin homo kayak loe.. Aahh.." sahutnya di sela-sela aktivitas ngentotnya.

Saya terkejut ketika menyadari bahwa saya menikmati rasa sakitku. Rasa sakit akibat diperkosa Supri itu terasa sangat nikmat. Gesekan kontolnya dengan dinding dalam duburku mengirim sinyal-sinyal nikmat ke otak mesumku. Perlahan namun pasti, saya terhanyut dalam irama ngentotnya.

Supri nampaknya mahir sekali dalam urusan ngetot-mengentot. Dia bisa melakukannya dalam ebrbagai versi. Pertama dia bisa melakukannya dengan sangat lambat. Menusukkan kontolnya sampai masuk dalam sekali lalu dicabut seluruhnya. Kemudian, kontolnya itu dihujamkan lagi tanpa ampun dan kemudian ditarik lagi. Begitu eterusnya dan semuanya dilakukan dalam tempo lambat. Sungguh sakit, menyiksa, namun nikmat bagiku. Kedua, Surpi bisa mengentotiku dengan sangat cepat seperti laju kereta api express. Saking cepatnya, tubuhku terguncang-guncang dan lubangku terasa mulai berdarah. Ketiga, Surpi dapat memutar-mutarkan kontolnya di dalam anusku. Aahh.. Nikmatnya..

"Aahh.. Homo.. Oohh.. Ngentot.. Aarrghh..!! Nikmatnya.. Aahh.." erang Supri.

Sekujur tubuhnya bsah dengan keringat. Rambutnya pun basah. Keringatnya jatuh membasahi tubuhku yang juga mulai berkeringat. Sisa pejuhnya yang tadi dia keluarkan sedikit terlumur di badanku.

"Lagi, Bang.. Lagi.." mintaku, terengah-engah.
"Wow, lihat ini.. Budak homoku akhirnya menunjukkan kulit aslinya.. Aahh.. Gue tau.. Loe pasti suka.. Oohh.. Dientotin ama kontol gue.. Ngentot! Arrghh.."

Supri kemudian memegang kontolku yang telah banjir dengan "precum"-ku dan mulai mengocoknya. Kontolnya masih terus memompa tubuhku.

"Ngecret, ngecret, ngecret.." ulangnya berkali-kali, seperti mantra.
"Oohh!!"

Saya tidak kuat lagi. Saya harus ngecret. Saya harus mengeluarkan pejuhku.. Pejuh seorang homo..

"Aarrgghh..!! Oohh!! Aahh!! Uughh!! Oohh!!"

Saya terus mengerang-erang seperti orang kesetanan. Tubuhku menggelepar-gelepar seperti tersengat listrik, tersengat orgasme hebat. Mengalami orgasme hebat sambil terikat di meja dengan sebuah kontol super di dalam pantat rasanya NIKMAT sekali!! Aarrgghh..!! Pada saat yang sama, Supri pun berorgasme.

Begitu saya ngecret, lubang duburku menutup secara refleks dan mencekik kontol Supri. Kontan saja, kontol itu pun menyerah dan memuntahkan laharnya untuk yang kedua kalinya Crot!! Crot!! Crot!! "aarrgghh!!" Dengan jeritan yang keras sekali, seperti lolongan serigala yang terluka, Supri pun ngecret. Badannya mengejang-ngejang dengan dahsyat. Pejuhnya, seperti air bah, membanjiri lubang ngentotku. Aahh.. Hangat.. Tubuh kami berdua dikuasai oleh setan orgasme dan setan nafsu seks. Saya baru pertama kali itu mengalami orgasme yang sedemikian hebat.

Akhirnya orgasme itupun usai. Supri menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku. Pejuh yang kusemprotkan menodai perutku dan perutnya. Rasanya enak sekali ditimpa oleh pria segagah Supri. Afterplay kami diisi dengan tidur-tiduran seperti itu selama beberapa menit. Setelah Supri berhasil mengumpulkan tenaganya kembali, dia bangun dan menciumiku dengan mesra. Kontolnya telah melemas di dalam anusku dan tergelincir keluar dengan sendirinya. Pejuhnya yang bersarang di dalam anusku juga ikut mengalir keluar seperti tetesan air keran. Supri pun berkata..

"Mulai saat ini, loe adalah budak gue. Kapan pun gue panggil, loe musti datang. Kalo nggak, gue bakal beberin semuanya ke orang se-RT biar semua tau loe homo."
"Loe musti bersedia nyedot kontol gue, minum pejuh gue, dingentotin gue, dan juga ngelakuin apapun yang gue suruh. Ngerti?", lanjutnya lagi. Saya hanya mengangguk lemah.
"Loe adalah homo gue. Hak milik Supri. Gak boleh ada cowok lain yang ngentotin loe, kecuali gue yang suruh. Mengerti?"
"Ya, Bang," sahutku lemah.

Dan dimulailah hari-hariku bersama Supri. Setiap hari, saya dingentot habis-habisan oleh Supri. Tak jarang Supri mengundang teman-temannya sesama tukang bangunan untuk menghajar pantat homoku dna memuaskan nafsuku akan kontol. Dan saya bahagia untuk dapat menjadi budak seorang tukang bangunan macho seperti Supri.

Angel Sex

Ceritanya adalah ketika Bobby, mau main ke rumah Lala. By the way, Bobby adalah seniornya Lala di SMP, dengan tampang bule dan bodi yg cukup keren buat cowok umur segitu, dan dia ngeceng Lala .. nama pemerannya saya lupa. Anyway, sampai di sana, ternyata Lala sedang pergi bersama Mamanya dan Bombom, kakak tirinya. Rupanya mereka lagi jalan2 ke mall atau ke mana. Kebetulan waktu itu hari Sabtu, dan libur pula. Di rumah Lala cuma ada Om Bagus, papanya Lala (yg diperanin ama Marcelino Lefrandt), yang kebetulan lagi berenang. Satpam ama Ijah lagi nggak ada juga, pulang kampung deh ceritanya.

Akhirnya Bobby ketemu Om Bagus, setelah ngebel pintu. Om Bagus buru2 dateng, sambil hanya mengenakan handuk dilingkarkan di pinggangnya. Badannya yang putih, kekar, dan atletis itu nampak jelas. Belum lagi karena masih basah keliatannya jauh lebih keren dengan tampangnya yang emang ganteng itu. "Lala-nya ada, Om?" tanya Bobby.

"Wah, Lala sedang pergi sama Mamanya dan Bombom." jawab Om Bagus. "Oh, ya udah deh, nggak apa2." kata Bobby.

"Atau mau nunggu aja di dalem? Mungkin sebentar lagi mereka pulang." Om Bagus menawarkan.

"Boleh Om, kalo nggak ngerepotin." jawab Bobby.

"Oke deh, masuk aja. Atau mau berenang juga, nemenin Om?" tanya Om Bagus, basa basi mungkin ya?

"Wah, boleh juga tuh. Kebetulan udah lama nih Bobby nggak berenang. Padahal Bobby suka banget berenang." jawab Bobby langsung.

Kayaknya si Bobby selain wajahnya yg kebule2an, sifatnya juga kebule2an tuh. Soalnya kalo ngomong nggak pake basa-basi lagi. To the point langsung kayak gitu. Om Bagus yang udah terlanjur nawarin, dan tawarannya udah diterima, ya langsung mempersilahkan Bobby masuk aja.

Sampailah di kolam renang. Ya, Bobby tinggal menanggalkan baju yang dia pake aja biar bisa renang. Dia copot kaos dan celana jeansnya. Dan nampaklah bodi anak SMP itu. Tampak nih anak udah ngelewatin masa akil balighnya, .. badannya udah terbentuk bagus, otot tangan, biseps, dan tricepsnya udah keliatan terbentuk. Dadanya juga bidang, dengan puting yg coklat merekah di tubuhnya yang putih mulus.

Bulu kakinya juga sudah tumbuh. Begitu juga bulu ketiaknya yang tumbuh tipis. Pasti jembutnya juga udah tumbuh. Om Bagus memandang sejenak badan Bobby. Dia kagum juga, anak seumur Bobby udah bisa seksi gitu. Soalnya Bombom (anak tirinya) badannya gemuk abis gitu. Makanya pas liat daun muda dengan tubuh sekekar itu, Om Bagus terkesima juga. Kini giliran Om Bagus yang melepas handuknya. Dia kini hanya memakai celana renang ketat warna biru. Bobby pun memandang tubuh Om Bagus yang emang bagus itu. Putih, tinggi, kekar, dengan otot yang sempurna di bagian dada, tangan, paha, dan belum lagi pantatnya yang gempal menonjol itu. Dan yang pasti nggak akan ketinggalan adalah penampakan di dalam celana renang biru itu dari depan. Apalagi kalo bukan si kontol yg lagi tidur, tapi udah keliatan nonjol itu?

"Badan Om keren juga ya? Sering fitnes, Om?" tanya Bobby yg emang ngomongnya ceplas ceplos gitu.

"Makasih. Iya, lumayan nih, kalo senggang kan Om suka renang, taekwondo, ama fitnes. Ngomong2 badan kamu juga bagus kok!" jawab Om Bagus.

"Makasih deh Om. Iya, Bobby juga suka renang. Wah, kalo rajin fitnes udah mahir dong? Bobby sih belon pernah fitnes, paling olahraga biasa aja. Ajarin Bobby dong, biar badannya bisa bagus kayak Om?" kata Bobby lagi.

"Boleh deh! Tapi Om yakin badan kamu bisa lebih bagus dari Om." jawab Om Bagus. Udah itu mereka berdua langsung nyebur. Berenang deh mereka. Seru juga, mulai dari balap2an, sampe cuman sekedar berenam sambil ngobrol. Ternyata mereka berdua kalo ngobrol bisa nyambung, mulai dari olahraga, sampe serial TV yang suka mereka tonton.

Tiba2 telepon rumah berdering. Om Bagus langsung ke dalam dan menjawabnya. Ternyata dari istrinya. Dia bilang, dia ketemu temen2 lamanya, dan minta izin buat bermalam di Puncak, karena kebetulan ada acara kumpul2 yang mendadak, dan anak2 ikut, karena ada acara anak2nya juga, pulangnya hari Minggu Sore. Om Bagus ngizinin. Om Bagus juga diajakin buat nyusul, tapi Om Bagus nolak, katanya masih capek, mo istirahat aja di rumah. Nggak tau deh, apa emang capek atau karena ada Bobby. Setelah nerima telepon, Om Bagus bilang ke Bobby kalo Lala nggak akan pulang sekarang, pulangnya besok sore. Ya, dibilang gitu, Bobby mo pamit pulang aja. Tapi nggak enak juga nih, soalnya celana dalemnya kan basah. Om Bagus juga nyadar, tapi nggak tau mesti gimana, soalnya kalo minjemin punya Bombom, pasti kegedean. Punya dia sendiri juga pasti kegedean. Ya, akhirnya Bobby minta ijin aja buat jemur celana pendeknya itu, soalnya kebetulan hari itu lagi panas. Sementara itu dia pake handuk aja kali ya?

Pas Om Bagus kembali ngambilin handuk buat dipinjemin ke Bobby, Bobby yg emang cuek itu udah ngebuka celananya dan ngejemur celananya di tiang kolam renang situ. Om Bagus lumayan terhenyak, liat Bobby yg kini telanjang bulat di depannya. Makin keliatan jantan aja. Gimana enggak, ternyata kontolnya gede juga, ampir sama ama punya dia sendiri. Padahal Bobby kan masih puber, itu kontol kan pasti bakalan tumbuh dan ngegedein lagi.

"Lho, kok Om bengong?" tanya Bobby.

Akhirnya Om Bagus ngedeketin Bobby dan bukannya ngasih handuk, handuknya malah dijatuhin. Entah sengaja, entang nggak, sangking kagumnya.

"Eh, punya kamu gede juga ya?" kata Om Bagus.

"Masa sih? Tapi masih kalah kali ama punya Om." jawab Bobby.

"Ah, enggak. Punya Om malah gedenya ampir sama ama punya kamu." kata Om Bagus lagi, sambil ngedeketin Bobby, dan mulai mengusap kontol Bobby. Lagi tidur aja tuh kontol anak bule udah segede gitu, gimana kalo lagi 'bangun' ya?

Diusap2 ama Om Bagus, si Bobby lumayan terangsang juga. Abis ternyata enak, diusap orang lain. Apalagi yang ngusapnya good looking. Enak diliat. Ganteng, tinggi, putih, gagah, dan atletis kayak Om Bagus. Bobby yang emang sebenernya masih innocent itu tampak nggak tahan dirangsang segitu aja. Langsung bangun deh tuh titit.

Om Bagus yg posisinya di samping Bobby makin deket ama Bobby. Bibirnya pun makin deket ama bibir Bobby selama kegiatan ngusap2 gitu. Akhirnya bibir Om Bagus pun mendarat di bibir Bobby dan memberikan ciuman pertamanya, yang tampak merupakan ciuman pertama sesama pria bagi keduanya.

Entah nafsu setan apa yang merasuki Om Bagus, ngeliat Bobby yang telanjang bulat gitu, nafsunya semakin menjadi. Ciumannya semakin dahsyat. LidaHPun bermain, lidaHPun digigit. Om Bagus emang udah piawai soal ciuman, kan sering praktek ama istrinya. Sementara Bobby yang dikasi servis kayak gitu sama orang yang pro langsung keenakan aja. Dan nih anak emang lumayan curious juga, jadinya kini mereka berhadapan, berciuman, di mana Om Bagus memeluk Bobby sekalian meremas pantat Bobby itu, dan si Bobby menjelajah badan Om Bagus. Mulai dari meraba dadanya, memainkan dan mengusap putingnya, sixpacksnya, until he brave enough buat ngecek 'benda' yang ada di balik celana renangnya Om Bagus.

Pertama Bobby cuman mengusap dari luar, dan kini udah berani masuk ke dalam celana biru itu, dan memegang si kontol Om Bagus yg emang gede juga, seukuran ama punya dia, dan udah sedikit basah ama pre-cum. Sensasi yang diberikan Bobby dengan memegang kontolnya bikin Om Bagus keenakan juga. Dia pelorotin celana renangnya, dan kini mereka berdua telanjang bulat. Om Bagus nuntun Bobby ke kamarnya. Dua cowok putih mulus berbadan atletis itu jalan bergandengan ke kamar.

Setiba di kamar, malah Bobby yang agresif. Dia yang mendorong Om Bagus ke ranjang. Dan dia yg berada di atas. Mereka berpelukan dengan penuh nafsu. Berciuman sejadi2nya. Tak lupa, tangan Bobby yang menjamah batang kemaluan Om Bagus yang lagi tegang2nya. Om Bagus pun nggak mau kalah, dipegang, diremas, dan dikocoknya punya Bobby. Mereka terus bergumul sambil mendesah dan menggelinjang keenakan. Bobby kini memutar badannya, sehigga mereka dalam posisi 69 di mana Bobby tetap di atas. Diseponglah bonggol Om Bagus.

"Mmmh, mmh, mmh!" hanya itu yg terdengar dari Bobby.

"Hmm, mmh, mmh .. hh!" Om Bagus juga mendesah keenakan karena disepong Bobby sementara diapun menyepong Bobby.

Bobby emang udah nggak kuat lagi, dikasih enak segitu rasanya udah nggak tahan.

"Hhh, .. Om, enak Om, .. thapi udhah mau kelhuar nhih!" kata Bobby. Om Bagus langsung mengubah posisinya. Kini Bobby duduk di ranjang, dan Om Bagus mulai menyepong Bobby lagi. Kali ini lebih dahsyat, lebih ganas, lebih nikmat. "Aaah, .. aahh, .. Om udah Om mo keluar nih!" kata Bobby sekalilagi. Kelihatannya Om Bagus emang sengaja biar Bobby keluar di mulutnya. Sepongannya makin hebat lagi dan .. CROOTH, .. crot, crot, crot .. sperma Bobby menyembur keluar dari lubang kontol ke dalam mulut Om Bagus. Semburannya kenceng juga, sampe langsung masuk tenggorokan. Semburan mani Bobby sampai beberapa kali. Om Bagus sedot sampai habis.

"Hhh, hh, hh!" Bobby yg udah lewat klimaksnya tersengal-sengal. Kini giliran Om Bagus yg pengen enak. Padahal bisa menelan sperma Bobby yg innocent ini juga udah kenikmatan yg luar biasa ya? Kini kontol Om Bagus yang udah ngaceng berat ini pengen lubang. Yah, namanya juga udah pengalaman jadi suami, jadi udah tau, paling oke buat bikin enak kontol yah lewat lubang. Kini Bobby disuruh nungging. Dengan doggy style, Om Bagus mulai ngelicinin kontolnya dengan ludahnya yang udah bercampur maninya Bobby. Dimasukannya pelan2 ke dalam lubang pantat Bobby. Bless .. "Aaah!" rintih Bobby.

"Tenang aja Bob, nanti juga lama2 enak!" kata Om Bagus. Bobby sih percaya aja. Lagian kapan lagi dientot bapak muda seganteng dan segagah Om Bagus. Bobby pun pasrah, sementara Om Bagus melancarkan penetrasi nikmatnya. Kontolnya dengan gagah merojok pantat Bobby. Gerakan maju mundur yg dilakukan Om Bagus ternyata bener bisa bikin Bobby enak. Kini Bobby menikmati sekali entotan Om Bagus.

Om Bagus juga keenakan ngentot pantat perawan Bobby. Dan ternyata lebih enak daripada ngentot istrinya selama ini. Dikasih nikmat segitu juga Om Bagus nggak tahan. Maka CROOTH, crot, crot, crot .. muncratlah cairan hangat di dalam pantat Bobby. Cairan kejantanan Om Bagus kini udah ada di dalam pantat Bobby. Buat Bobby sih rasanya hangat, enak ..

Dikasih enak gitu. Bobby kerangsang lagi. Om Bagus cepat tanggap. Kini Bobby duduk dipangkuan Om Bagus, tapi Bobby membelakangi Om Bagus. Dipeluknya Bobby dari belakang sementara Bobby ngocok kontolnya sendiri, sampe kepalanya merah dan licin. Om Bagus juga bantuin ngocok dan terus menggerayangi Bobby. Sampe deh Bobby ke klimaks lagi.

"Oooh, yeaah ..!" seru Bobby keenakan.

Gimana nggak enak, selain pas klimaks Bobby ngocok kontolnya. Om Bagus mainin pentil Bobby dari belakang. Diserang rangsangan senikmat itu, CROOTH .. muncrat lagi lahar dari kontol Bobby. Muncrat ke dada Bobby. Dan Bobby pun benar-benar lelah. Lelah karena keenakan. Om Bagus kelihatannya nggak mau kelihangan kesempatan menelan sperma Bobby lagi. Dijilatinya dada Bobby sampai nggak ada sisa lagi. Yah, selain enak, juga untuk meminimalisir barang bukti apabila istrinya pulang nanti.

Mereka berdua berbaring dan berciuman. Saling berterima kasih buat saat yang menyenangkan itu. Bobby bisa merasakan kejantanan seorang bapak muda yang ganteng dan gagah, sementara Om Bagus bisa merasakan kejantanan pemuda innocent dengan kontol yg udah sebesar punya dia pada usia semuda itu.

Mereka berbaring, saling berpelukan, dengan perasaan nikmat, nyaman, dan lega .. karena tahu, kalo keluarga Om Bagus nggak akan pulang sampai keesokan sorenya.

Kisah SMA

Umur saya 18 tahun, saya punya pengalaman yang terjadi sekitar setahun yang lalu. Saat itu saya masih kelas 2 SMA di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Memang saya akui saya punya kebiasaan yang agak aneh dari kecil, yaitu suka sesama jenis. Ini mungkin dimulai sejak perceraian orangtua saya. Saat saya sedang membutuhkan figur seorang Bapak, hal itu tidak dapat memenuhi keinginan saya. Bapak saya terlalu sibuk dengan segala aktivitasnya, karena dia adalah seorang wiraswasta yang bergerak di bidang akademi dan sekolah tinggi.

Sejak kecil kami pun tidak pernah tinggal serumah baik dengan Bapak maupun Ibu saya, karena setelah perceraian kedua orangtua saya, Ibu saya memutuskan untuk melanjutkan studi ke Swiss, sedangkan Bapak saya berada di Makasar. Terpaksalah saya harus tinggal bersama Oma saya di Jakarta, dimana disinilah dimulai kejadian-kejadian yang sebelumnya belum pernah terpikir oleh saya.

Di sekitar bulan Juni tahun 2000, saya masih tercatat sebagai pelajar kelas 2 SMUN X Jakarta. Kebetulan di sekolah saya cukup terkenal dengan anak-anak basket yang cukup lumayanlah! Saya akui selain gemar nonton basket, saya pun suka dengan anak-anak basket yang bertubuh atletis. Dan karena itu, setiap pulang sekolah saya tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menonton kakak-kakas kelas saya yang sedang bermain basket. Setelah saya puas menyaksikan mereka, saya barulah tenang pulang ke rumah. Setibanya di rumah, saya pun jerk-off di kamar saya. Tidak pernah terpikir oleh saya kejadian yang sebelumnya hanya ada di benak saya dapat terwujudkan.

Saat itu sekolah sudah agak sepi, karena hari Senin dimana hari ini biasanya banyak anak yang membolos. Ketika saya baru keluar kelas, saya lihat ada anak-anak basket sedang bermain basket di lapangan yang tidak jauh dari kelas saya. Saya pun segera duduk manis di sekitar lapangan. Dan hanya beberapa orang yang menyaksikannya, mungkin dapat dihitung dengan jari. Akhirnya ternyata mata saya tidak dapat membohongi salah seorang kakak kelas saya, mungkin dia mulai curiga, karena setiap mengganti pakaiannya selalu ada saya di toilet. Permainan akhirnya usai setelah kurang lebih satu jam setengah saya duduk di samping lapangan.

Saya pun tidak merasa bosan menunggu selama itu, walaupun setiap habis menyaksikan itu, saya harus mengisi ulang pulsa handphone saya karena habis untuk menelpon semua teman saya atas apa yang sedang saya lihat.

Seperti biasa, saya menikuti si A, pemain favorite saya dan orang yang sudah mulai mencurigai saya. Saya lihat dia mulai membuka baju, saya sulit sekali menjaga perasaan saya yang memang sudah horny sejak dia bermain basket. Mata saya pun mulai membelalak lagi setelah dia hanya memakai celana dalam. Saat itu ada sekitar 3 orang lagi teman-temannya di toilet yang juga sedang ganti baju. Saya hanya berpura-pura mencuci wajah dengan facial wash yang selalu saya bawa.

Tidak lama 2 orang pun keluar, sedangkan saya masih berusaha berpura-pura sibuk dengan wajah saya dan berpura-pura mau ganti baju. Rupanya dia tambah yakin kalau saya sedang memperhatikannya. Tidak lama kemudian si A dan temannya keluar, saya pun agak kecewa. Tetapi kekecewaan itu hilang setelah si A kembali lagi ke toilet. Kagetnya bukan main saat melihat dia datang dan menatap mata saya. Saya hanya berdoa semoga dia tidak marah kepada saya karena sudah mengintip dalamannya.

Dia datang tepat di depan wajah saya dan berkata, "Ech, eloe anak kelas berapa sich..? Eloe anak baru yach..?"
Jantung saya berdetak tidak karuan mendengar suaranya.
Dengan suara yang agak gugup saya berkata, "Ngga, gue anak kelas 2, kebetulan gue baru masuk lagi sehabis operasi sinus di S'pore. Ngga lagi, gue suka aja ama permainan basket Eloe.."
Jantung saya rasanya terhenti ketika dia bilang, "Kayaknya yang Eloe perhatiin bukan permainan gue dech..!"
Saya tambah gugup lagi dan langsung saya jawab, "Maksud loe..?"
"Udah dech eloe jangan bohongin gue..! Gue tau kok orang macam loe ini..! Tapi lain kali tolong yach eloe jangan terlalu vulgar kalo ngeliat gue..!" katanya.
"Yach, uda dech gue minta maaf..! Emang gue suka ama permainan loe.." belum selesai saya ngomong, dia langsung berkata, "Ngga usah boong lagi, kalo mau liat..! Liat aja, tapi jangan eloe telen yach..?" kata yang keluar dari mulutnya dengan senyuman kecil.

Saya pun hanya diam tidak berkata mendengar kata-kata yang baru saja saya dengar.
Akhirnya saya berkata, "Eloe serius..?"
Dengan wajah yang menunjukkan kelaki-lakiannya, dia menarik tangan saya sambil berkata, "Sini kalo mau liat itu gue, ke dalem WC..!"
Tentu saja saya tidak mau melewatkan kesempatan itu. Oh God.., akhirnya saya dapat melihat 'barang' si A secara Live, barangnya sangat besar, bukannya lumayan besar (mungkin sekitar 17-18 cm), warnanya merah kecoklatnya diselimuti oleh bulu berwarna hitam pekat dan sangat lebat, membuat saya merasa sedang melayang-layang.

Saya rasanya sudah tidak tahan ingin menyentuh alat kelamin si A. Dengan kata terbata-bata, akhirnya keluar dari mulut saya, "Emang eloe ngga malu nunjukin itu ke gue..?"
Dengan ringan dia menjawab, "Ama loe aja kenapa harus malu..? Gue tau eloe doyan ini khan..?" katanya sambil mengarahkan tangan saya ke alat vitalnya.
Saya kaget bukan main saat itu.
"Kalo mau pegang, pegang aja lagi, ngga usah malu-malu.." katanya.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk memegang batang kejantanannya. Saya memegang sambil memijat kecil-kecil.
Dia memegang kedua tangan saya dan berkata, "Ternyata muka loe cute juga yach..! Gue baru nyadar kalo cowo bisa bikin horny juga..! Boleh gue cium bibir loe..?"
Rasanya seperti mimpi saat itu, dan saya segera mengarahkan bibir saya ke arahnya. Kami pun berciuman bibir. Saya keluarkan semua jurus ciuman saya mulai dari French kiss, British kiss dan kissing ala saya sendiri. Saya lihat matanya mulai meram-melek.
Tidak lama dia pun berkata, "Eloe mau isep ngga..? Gue belom pernah diisep ama cewe gue, well eloe mau ngga..?"
Rasa kaget dan senang bercampur aduk saat itu. Saya hanya menganggukkan kepala saya dan segera jongkok di bawah kakinya yang jenjang itu (tinggi badannya sekitar 180-an).

Saya mulai menghisap batang kelaminnya dengan lembut, saya sapu kedua kedua buah kemaluannya sambil saya kulum-kulum. Naik turun batang si A melaju di dalam mulut saya, saya keluarkan semua jurus maut saya yang diajarkan oleh Paman saya sewaktu saya duduk di bangku Elementary. Bau khas alat kelaminnya membuat imajinasi dan birahi saya memuncak. Saya lihat dia menikmati permainan yang saya suguhkan. Saya tidak tahan karena rasanya lubang belakang saya gatal, karena saya sudah lama tidak pernah anal sex semenjak partner sex saya (cowo juga) pindah ke negeri Ibunya di Holland beberapa bulan sebelum kejadian ini.

Saya buka celena abu-abu (saya masih memakai seragam), saya arahkan alat kelaminnya ke lubang saya. Saat itu dia sepertinya agak khawatir, mungkin karena dia berpikir mustahil batangnya dapat masuk ke lubang saya. Saya hisap kedua putingnya sambil saya jilat semua tubuhnya. Saya mengambil posisi, saya berdiri ke arah tembok, dan dia mulai memasukkan batangnya ke dalam lubang saya.
"Oouuhh.. sakiitt..!" walau sudah saya lumuri batangnya dengan air liur saya.
Serangan pertama akhirnya gagal, saya coba mengatur pernafasan saya, saya kembali arahkan batangnya ke lubang saya. Keringat mulai mengguyur kami berdua.

"Oouu.." teriak saya.
Akhirnya masuk juga sebuah batang besar yang berdenyut-denyut di dalam lubang saya. Agak sakit, tetapi sakitnya hilang setelah melihat wajah si A yang sangat tampan. Mulai digerakkan alat kejantannya di dalam lubang saya, sangat lembut dan bobotnya memenuhi diameter maksimal lubang saya. Gerakan makin dipercepat. Denyutan di lubang saya semakin terasa.

"Ouuhh.., gerakin terus, ayo lebih cepet donk..!" ujar saya.
Gerakannya dipercepat, batangnya dengan mudah keluar masuk ke dalam lubang saya. Keringatnya jatuh menetes di tubuh saya, dan saya hisap keringatnya yang keluar dari tubuhnya.
Tidak lama dia berteriak, "An.., Gue mau come nich..? Gue uda ngga tahan..!"
Saya hanya senyum melihat wajahnya, dan tidak lama, "Aachh.. Niccee..!" desahnya di telingaku. Dia mencium pipi kanan dan kiriku.
Dan berkata, "Thanks yach.., enak banget and sorry kalo gue horny abis..! Gue ngga nyangka gue bisa juga come ama cowo juga..! Tapi jujur enak banget..! Eloe ngga marah khan ama gue..? Kapan-kapan kalo gue mau gimana donk..?" katanya sambil tertawa cengengesan.

Segera kuberikan nomor handphone dan nomor telepon kamarku. Kami akhirnya sama-sama membersihkan tubuh.
Dan sebelum kami berpisah, dia mencium keningku sambil berkata, "I'll calling u tonite and see you tomorrow yach..!"
Saya hanya tersenyum karena rasanya saya sudah cukup lelah, terlebih harus menghadapi macet di sekitar Grogol, karena rumah saya di sekitar Daan Mogot.

Sampai di rumah, saya hanya termenung memikirkan apa yang telah terjadi baru-baru ini. Malamnya dia telpon saya, dan kami 'nge-date' bareng ke plaza Senayan. Akhirnya si A, si cowok normal itu menjadi 'sephia'-ku. Kami pun sama-sama merasa saling memiliki saat di sekolah, dan tidak ada yang tahu tentang apa yang sudah kami lakukan. Sayangnya hubungan kami harus putus karena dia harus melanjutkan sekolahnya ke Sydney, dan sekarang ini saya sedang berada di Sydney berliburan lulus-lulusan dengan si A. Tetapi sayangnya kami sekarang sudah seperti kakak beradik, jadi kami tidak melakukan apa-apa di sini. Hehehe.. hanya sekali saja, karena malam itu kami sama-sama sedang mabuk.

Berburu Burung

Aku akan menceritakan, kisah unik ini karena baru saja terjadi, kira-kira 2-3 bulan yang lalu. Cerita yang mungkin tidak akan banyak orang yang percaya kalau yang melakukan itu aku, karena pada dasarnya aku berwajah imut, pendiam dan cenderung pemalu, meski aku dilahirkan sebagai laki-laki.

Oh ya, sebut saja aku Fik, umurku 15 tahun, aku duduk di kelas 1 SMU di kota S di Jawa Tengah.Namun cerita ini terjadi sewaktu aku di sebuah kota kecil di Jawa Timur, sebelum aku pindah ke kotaku sekarang. Awal kejadiannya mungkin pikiranku yang penuh sesak dengan hal-hal yang berbau pornografi, majalah, buku, novel atau kaset VCD yang kukoleksi, tidak tahu sekarang jumlahnya berapa di kotak rahasiaku, termasuk main internet sebagai hobby baruku. Parahnya, aku melakukan tindakan gila ini pada seorang bocah ingusan, dia tetangga sebelah rumah, Wen namanya. Dia masih kelas 6 SD. Meski tinggal bersebelahan tetapi baru sekitar satu semester ini kami akrab karena aku punya senapan angin untuk berburu dan dia suka juga berburu, sehingga waktu itu kami sering main bersama.

Pagi itu, hari Minggu, aku sudah berada di pekarangan belakang rumahku mencoba senapanku, dan mulai menembak, ternyata dia pun sudah berada di situ, hingga akhirnya kami pun berdua pergi ke sawah, menembak burung. Meski banyak sekali burung, tetapi kami sedang sial, karena tak seekor pun kami dapatkan hingga siang hari. Hingga kami putuskan untuk istirahat dulu di dangau tengah sawah karena kami rasa langsung pulang terlalu panas, sementara kami membawa bekal sedikit makanan sehingga tak perlu takut kelaparan.

Sambil menikmati makanan aku pun memulai obrolan.
"Wen, sekarang umurmu berapa?"
"11 tahun, kenapa Mas?" jawabnya balik bertanya.
"Wen kamu pernah onani?"
"Nggak, Mas." katanya sambil beringsut hendak berdiri.
"Mau kemana Wen?" sambil kupegang celananya, tapi.. "Ssrett.." celananya malah merosot hingga terlihat kelaminnya, kulihat merah padam wajahnya. Sambil membetulkan celananya.
"Mas, Fik.." pekiknya.
"Maaf, aku nggak sengaja," kataku, "Ah gitu saja malu, kita kan cuma berdua, sama-sama laki-laki lagi, aku saja nggak malu kalau kamu mau lihat anuku," sambungku menggoda.
"Tapi Mas."
"Ah kamu, nih aku tunjukin punyaku." sambil kubuka reitsleting celanaku dan kukeluarkan penisku. Wen pun duduk kembali di sampingku.

"Kamu nggak malu Mas?"
Aku pun hanya menggeleng.
"Kamu tahu kagak onani?"
"Nggak, onani apaan Mas."
"Onani itu mengeluarkan sperma dari penis ini, rasanya enak banget."
"Apa iya Mas, bukankah dari penis yang keluar air kencing?"
"Bukan itu saja, ada air kental putih yang bisa keluar dari sini, itu namanya sperma." jelasku.
"Oo air mani, aku pernah dengar dari guru ngajiku."
"Begini nih caranya," jawabku sembari mengocok penisku pelan-pelan, lama-kelamaan semakin cepat hingga penisku yang tadi sebesar jempol kaki sekarang sudah menegang bertambah besar dan menegang agak kemerahan. Wen pun hanya menelan ludah melihatku, sementara kulirik celananya, ada benjolan di selakangannya, rupanya dia pun terangsang melihat permainanku. Aku pun terus melakukan kocokan pada penisku hingga kurasakan spermaku mau keluar, sebentar kemudian kuhentikan dan kupegang tangan Wen dan mendekatkannya ke penisku.

"Wen, coba kamu yang mengocok."
"Nggak mau Mas"
"Ah kamu.. begini lho." sambil kusentuhkan pada penisku dan sesaat kemudian dia berubah pikiran dan segera memegang batang kelaminku, begitu kuatnya sehingga terasa sekali jepitannya dan dikocoknya pelan-pelan, kemudian dia percepat setelah kusuruh mempercepatnya hingga aku tidak tahan lagi, mengeluarkan spermaku.

"Ah, Wen.." aku mengerang sambil memiringkan tubuhku ke arah Wen dan, "Crott.. crott.. crott.." cairan putih kental menyembur dari ujung penisku, berceceran diantara tempat duduk kami.
"Ah, enak sekali kocokanmu, enak banget."
"Apa iya Mas."
Aku pun mengangguk pelan.
"Gimana kamu mau coba?" seraya tanganku meraih selakangannya yang dari tadi menonjol.
"Jangan, Mas"
"Ah nggak pa-pa kok, rasanya enak banget, kamu harus coba, nggak usah malu kita hanya berdua kok," kataku meyakinkan.
Kali ini dia tidak menghindar lagi ketika tanganku meraih selakangannya. Segara kukeluarkan penisnya dari celananya.
"Penismu besar juga, Wen" pujiku.
Untuk anak seumur dia penisnya cukup besar dan panjang apalagi dalam keadaan menegang. Langsung kubelai-belai batang kelaminnya kemudian kugenggam dan kukocok pelan.

"Wen, sekarang rasakan nikmatnya, ya."
"Ah.. Mas," dia hanya mendesah menikmati kocokanku. Sementara kocokanku makin lama makin kencang kemudian pelan lagi membuat dia hanya bisa menggeliat tidak karuan sambil mendongakkan kepalanya menatap langit. Aku pun kemudian menghentikan kocokanku, terlihat wajah Wen yang kaget, kocokannya kuhentikan.
"Kenapa, Mas?"
"Begini Wen, ada satu cara lagi menikmatinya, lebih enak dari yang ini namanya oral seks, yaitu dengan mulut dicoba, ya." jelasku.
Dia pun hanya mengangguk, karena sudah merasakan bagaimana nikmatnya permainan ini. Segera kupegang batang kelaminnya dan kumasukkan ke dalam mulutku dan langsung aku menghisapnya, terlihat Wen lebih menikmatinya, terdengar berulang kali desahan nafasnya dan erangannya sambil menggelinjang.

"Ah.. Mas, enak sekali.. hisap lagi Mas." aku pun menghisap kembali penisnya dan beberapa saat kemudian tubuhnya terasa mengejang, nafasnya pun tak karuan.
"Mas, aku mau kencing.."
"Tahan dulu Wen, sebentar lagi," sambil kuteruskan mengulum batang kemaluannya dan sesekali aku menghisapnya. Wen semakin mengejang dan..
"Aku tak tahan lagi Mas," sambil memiringkan tubuhnya ke arahku, aku pun segera melepaskan penisnya dari mulutku dan kupegang erat penisnya dan mengocoknya agak cepat, hingga erangan panjang dari Wen seiring sperma pertamanya muncrat dari lubang penisnya.
"Crott.. croott.. crott.." banyak sekali sperma yang keluar dari kelaminnya.
"Kamu bener Mas, enak sekali," katanya sambil terengah-engah menahan nafasnya.
"Kubilang juga apa, emangnya aku pembohong." jawabku.
"Wen, sebenarnya ada satu lagi cara seks yang belum kamu ketahui, cara-cara ini dilakukan jika kita nggak punya teman wanita yaitu onani seperti tadi, oral yang baru kulakukan terhadapmu dan satu lagi namanya anal seks apabila kita melakukannya dengan laki-laki juga." jelasku.
"Apa lagi Mas" tanya Wen setengah tak percaya.
"Yaitu menggunakan anus."
"Hii.." dia agak kaget.
"Tak apa-apa, rasanya seperti tadi bahkan keduanya bisa merasakan kenikmatan yang sama," jelasku lagi.
"Mau mencoba?"
Ternyata diluar dugaanku, dia mengangguk tanda setuju.

"Tapi kamu harus membuat terangsang lagi, kamu kan belum ngemut anuku," sambil mendekatkan penisku yang menegang kembali ke wajahnya. Tanpa berkata lagi dia pun langsung memegangnya dan mengulum penisku sambil sesekali dihisapnya, membuat penisku cepat menegang kembali. Tak berapa lama kurasakan penisku sudah cukup tegang dan menyuruhnya menghentikan kulumannya.

"Sekarang waktunya anal seks, kamu yang menggunakan anus ya."
Dia pun mengangguk pelan.
"Kamu menungging membelakangiku, Wen."
Dia pun menurut saja dan menyodorkan pantatnya ke arahku, segera kupegang anusnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke anusnya. "Bleess.." tiba-tiba ia berteriak kesakitan,"Aduh, sakit Mas!"
"Sebentar lagi juga tidak." sambl meneruskan menggerakkan penisku maju mundur di anusnya.
Dia pun terus mengerang menahan sakit, tapi itu tak berlangsung lama karena kemudian yang terdengar adalah desahan pertanda dia sudah bisa menikmatinya. Aku pun tak hanya mengocokkan penisku di anusnya, aku pun menggerayangi tubuhnya, kuremas-remas lagi penisnya yang juga mulai menegang dan mengocoknya sambil terus kumaju-mundurkan penisku di lobang pantatnya, hingga aku pun semakin mendekati keluarnya spermaku. Dia pun ternyata juga semakin menikmati karena penisnya pun menegang keras sekali, dan aku pun terus mengocoknya hingga tubuh kami merasakan bergetar dan mengejang satu sama lain. Segera kucabut batang penisku dari anusnya, "Plubb.." Wen mengerang, "Aahh.. Nikmat sekali."

"Wen, sekarang kita kocok penis kita bersama-sama yuk."
"Yuk.." sambil mendesah.
Kami pun kemudian duduk berhadapan dan merapatkan penis kami berdua dan mulai mengocoknya bersama-sama, pegangannya masih begitu kencang hingga beberapa saat kemudian kami pun tak kuat lagi menahan sperma yang mau keluar dan, "Croott.. crott.. croott.." banyak sekali sperma yang keluar dari kedua penis kami seiring erangan panjang kami berdua. Kami pun kemudian merebahkan tubuh telanjang kami di dangau sambil tetap memainkan kelamin kami masing-masing. Beberapa saat kemudian kami tertidur di situ karena kelelahan. Hingga kemudian sinar matahari yang sudah condong ke barat menerpa tubuh kami dan kami pun bergegas pulang. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya kami bercerita tentang enaknya permainan kami tadi.